Selamat Datang

Anda memasuki kawasan bebas berfikir dan berpendapat

30 December 2007

Manifesto Budaya

Assalamualiakum pembukaan...

Isinya mungkin tak seangker manifestonya, tapi itulah... saya sudah duluan bikin manifesto ini, daripada bikin blognya. Jadi dengan sedikt kepaksa, akhirnya harus dimasukin juga. Banyak kisah saat saya bikin itu manifesto. Tapi...kalau pembaca jeli, ada semangat yang sama dengan manifesto itu, saat saya menggores pena dan menekan tuts-tuts komputer saya berfikir dengan sebebas-bebasnya...

Selamat datang kebebasan

Ketika dunia menjadi seragam dan homogen, masih adakah pembeda kita? Ketika hari ini antara anda, saya dan kamu tidak ada beda lagi, masih adakah yang tersisa?

Ketika hari ini kita sama-sama makan di Mc Donald, nyantap KFC, bercinta gaya dogy seperti film blue yang mungkin sama-sama kita tonton yang mengalir lewat impuls-impuls listrik, memancar dari DVD Player kita, ketika hari ini Mall sudah menjadi dewa bagi kita, sudah seperti tempat ibadah, dimana kita datang dan pergi teratur, seperti sholat dan misa.
Apa yang tersisa ? Ada.......

Hanya kebebesan berfikir. Berfikir tanpa tendensi. Berikir tanpa intimidasi. Berfikir tanpa dituduh subversi.

Inilah dunia tempat kita, generasi muda, dipaksa mengembara, tapi tidak disediakan tempat untuk berteduh dan dihapus jejak jalan pulang kita.

Inilah dunia ketika materi menggerus nilai-nilai kemanusian kita.
Inilah dunia ketika batas-batas wilayah, telah ditembus oleh brand, citra, produk, kulture kapitalisme

Inilah dunia, untuk kita kaum muda bangkit. Jadikan bumi ini Padang Karusetra, tempat pertempuran dasyat kita mulai. Inilah dunia tempat kita harus berani mengatakan tidak bagi setiap usaha penghapusan nila-nilai humanisme kita. Nilai-nilai yang pernah ada dalam diktum-diktum dan ribuan lembaran kitab suci atau petuah-petuah budaya kita.

Inilah dunia tempat kita, kaum muda, mengatakan, wellcome liberty...

2 comments:

Anonymous said...

Bebas membawa perubahan. Tapi terkekang. Kadang-kadang sech.

Dan lagi, kebebasan berfikir susah diterapkan dibeberapa lingkungan di Padang atau di kawasan indonesia secara garis besar. Apalagi dijurusan tempat aku kuliah sekarang

Ampun...

Harfianto Afgani said...

ini yang mesti kita perjuangkan bersama