Selamat Datang

Anda memasuki kawasan bebas berfikir dan berpendapat

30 December 2007

Manifesto Budaya

Assalamualiakum pembukaan...

Isinya mungkin tak seangker manifestonya, tapi itulah... saya sudah duluan bikin manifesto ini, daripada bikin blognya. Jadi dengan sedikt kepaksa, akhirnya harus dimasukin juga. Banyak kisah saat saya bikin itu manifesto. Tapi...kalau pembaca jeli, ada semangat yang sama dengan manifesto itu, saat saya menggores pena dan menekan tuts-tuts komputer saya berfikir dengan sebebas-bebasnya...

Selamat datang kebebasan

Ketika dunia menjadi seragam dan homogen, masih adakah pembeda kita? Ketika hari ini antara anda, saya dan kamu tidak ada beda lagi, masih adakah yang tersisa?

Ketika hari ini kita sama-sama makan di Mc Donald, nyantap KFC, bercinta gaya dogy seperti film blue yang mungkin sama-sama kita tonton yang mengalir lewat impuls-impuls listrik, memancar dari DVD Player kita, ketika hari ini Mall sudah menjadi dewa bagi kita, sudah seperti tempat ibadah, dimana kita datang dan pergi teratur, seperti sholat dan misa.
Apa yang tersisa ? Ada.......

Hanya kebebesan berfikir. Berfikir tanpa tendensi. Berikir tanpa intimidasi. Berfikir tanpa dituduh subversi.

Inilah dunia tempat kita, generasi muda, dipaksa mengembara, tapi tidak disediakan tempat untuk berteduh dan dihapus jejak jalan pulang kita.

Inilah dunia ketika materi menggerus nilai-nilai kemanusian kita.
Inilah dunia ketika batas-batas wilayah, telah ditembus oleh brand, citra, produk, kulture kapitalisme

Inilah dunia, untuk kita kaum muda bangkit. Jadikan bumi ini Padang Karusetra, tempat pertempuran dasyat kita mulai. Inilah dunia tempat kita harus berani mengatakan tidak bagi setiap usaha penghapusan nila-nilai humanisme kita. Nilai-nilai yang pernah ada dalam diktum-diktum dan ribuan lembaran kitab suci atau petuah-petuah budaya kita.

Inilah dunia tempat kita, kaum muda, mengatakan, wellcome liberty...

Read More......

18 December 2007

Beasiswa dikantongi Baju Dinas

Ungkapan orang miskin dilarang sekolah, mungkin terlalu ekstrim untuk kita sematkan pada kasus satu ini. Tapi setidaknya, peristiwa yang menghebohkan dunia pendidikan Kota Padang beberapa hari lalu ini, bisa menjadi cerminan kalau hak-hak orang miskin atas pendidikan bisa dipending. Atas nama program yang lebih mendesak, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Padang memotong (kalau bahasa Disdik : melakukan penyesuaian anggaran) beasiswa untuk siswa miskin dan mengalihkan anggarannya untuk membeli baju dinas.

Ironis memang. Harapan siswa miskin untuk bisa menerima bantuan pendidikan yang "hanya" Rp 50 ribu perbulan ini, harus dikubur demi membayar kekurangan baju dinas guru dan seluruh PNS dilingkungan Dinas Pendidikan Kota Padang. Jumlah ini mungkin kecil bagi sebagian orang, namun berarti bagi mereka. Kebijakan memotong bantuan pendidikan yang diberi nama beasiswa transisi sebesar Rp 194 juta ini, menyebabkan 1195 siswa hanya menerima setengah dari seharusnya.

Beasiswa transisi merupakan bantuan transportasi untuk siswa miskin kelas 3 SMP. Anggaran ini dimasukan dalam APBD Kota Padang 2007. Sesuai dengan protapnya, pencairan beasiswa ini dilakukan dua tahap atau per enam bulan. Artinya, selama 2007 setiap siswa berhak mendapatkan Rp Rp 600 ribu/tahun. Pencairan tahap pertama sebesar Rp 300 ribu sudah dilakukan pertengahan tahun ini, tanpa ada masalah yang mengganjal. Wajah sumbringah sudah pasti terpancar dari semua siswa kurang mampu ini. Pesoalan baru timbul pada pencairan tahap kedua.

Pada tahun 2007 ini, Dinas Pendidkan Kota Padang juga merencanakan pembelian baju dinas untuk semua PNS dan guru-guru di lingkungan dinas pendidikan. Sebelum tahun 2007 habis, semua baju dinas itu sudah diberikan kepada semua yang berhak. Namun celakanya, anggaran pembelian baju ini defisit sebesar Rp 194 juta dan mesti diajukan lagi dalam APBD-P 2007.

Niat Disdik untuk menambah anggaran dalam APBD-P sudah ada. Namun seperti yang dijelaskan Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, Drs Nur Amin MPd, saat penyusunan APBD-P 2007, ada kesalahan entry data pada pengadaan baju dinas itu. Akibatnya kekurangan anggaran pengadaan baju ini tidak tertampung dalam APBD-P yang sudah disahkan beberapa bulan silam. Setelah didiskusikan dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Padang, kekurangan itu harus ditutupi dari satu rekening di Disdik Kota Padang yang masih tersisa.

"Tidak ada pengalihan anggaran. Yang ada hanya penyesuian anggaran. Kita tetap akan bayarkan Tapi jumlahnya memang tidak untuk enam bulan (rapelan semester II-red). Tapi setengahnya. Januari 2008 mendatang, beasiswa tersebut sudah dapat diterima seluruh siswa yang sudah terdata. Maka itu saya telah memerintahkan Kepala Sekolah, supaya jangan mengganti nama siswa yang akan menerima beasiswa transisi itu sampai mereka tamat," kata Nur Amin.

Lalu kenapa harus diambil dari beasiswa transisi untuk siswa miskin ini? Nur Amin menjelaskan, pihaknya terpaksa menyesuaikan anggaran dari beasiswa itu, karena satu-satunya yang belum tersalurkan adalah anggaran beasiswa miskin ini. Sedang anggaran di rekening lain, seperti pengadaan buku, rehab sekolah dan kegiatan lainnya, sudah jalan dan disalurkan.

"Pengadaan baju dinas ini sudah kontrak dengan pihak ketiga. Bahkan sudah dibagikan keseluruh PNS dan guru. Makanya harus kita bayarkan. Masalah ini sebenarnya sudah dikonsultasikan dengan TAPD. Dan TAPD menyarankan diambilkan dari rekening lain di dinas. Tapi syaratnya, tidak boleh dari tiga rekening, harus satu," tandasnya.

Tindakan main potong ini tentu saja mengejutkan banyak pihak dan menuai protes dari berbagai kalangan. Kepala Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Kota Padang Sastri Yunizarti Bakri mengaku kaget dengan hal itu. Walau diakuinya, pada saat pengesahan APBD-P 2007, anggaran pengadaan baju Dinas Pendidikan memang defisit, akibat terhapusnya mata anggaran itu akibat ketidakcermatan.

"Karena APBD-P sudah disahkan, saya sarankan agar kekurangan anggaran itu ditutupi dengan melakukan efesiensi anggaran. Seperti contoh, mengefesiensikan penggunaan anggaran pengadaan ATK atau dapat menggunakan kelebihan dana tender. Namun saya tidak menyangka, kalau ternyata Dinas Pendidikan menutupinya dengan beasiswa miskin,” ujar Sastri.

Protes keras dilancarkan anggota DPRD Kota Padang. Hampir semua anggota dewa kaget dengan pemotongan ini. Lebih-lebih anggaran beasiswa transic ini telah dibahas dan disepakati DPRD.
Ketua Komisi D yang membidangi pendidikan, Zulherman SPd MM, meminta Bawasda Kota Padang turut tangan untuk mengusut kasus ini. Karena, kejadian ini merupakan satu pelanggaran yang dilakukan Disdik. Pengalihan dana itu, kata Zulherman, tidak pernah dibahas dalam pembahasan APBD-P 2007.

"Wali Kota Padang harus menanggapi persoalan ini sesegara mungkin dan jika perlu meluruskan persoalan tersebut. Sebab akan mempengaruhi evaluasi kinerja APBD 2007 oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)," kata Bendahara Fraksi Demokrat DPRD Kota Padang ini.

Senada dengan Zulherman, Wakil Direktur Bidang Internal Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, Jhoni Hendry Putra SH, menilai tindakan Disdik Kota Padang mengalihkan mata anggaran beasiswa transportasi siswa miskin itu, ke pengadaan baju PNS, sangat bertentangan dengan UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 192 ayat 4 berbunyi Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Pimpinan DPRD dan pejabat lainnya dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan di dalam APBD.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, Nur Amin, baru-baru ini menegaskan pada Januari 2008 mendatang, beasiswa tersebut sudah dapat diterima seluruh siswa yang sudah terdata. Karena pembayarannya sudah tertampung dalam anggaran APBD Kota Padang 2008 yang baru saja disahkan DPRD Kota Padang. Menurutnya, sebenarnya tidak ada yang jadi masalah, hanya saja realisasi pembayarannya yang belum 100 persen. (**)

Read More......

30 November 2007

Undangan Temu Blogger Padang

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Info lengkap lihat http://makanbasamo.wordpress.com

Read More......

20 November 2007

Pram Muda itu Telah Lahir

Tiga tulisan diawal merupakan intreprestasi saya atas rekaman wawancara dengan ES Ito disuatu malam, seusai penulis muda ini bedah karyanya, Rahasia Meede. Berikut kutipan lengkapnya (*)

Kenapa tertarik menulis fiksi sejarah?

setelah Pram, novel sejarah seperti ruang kosong yang tidak terisi. Penulis-penulis Indonesia terlalu sibuk dengan trend kediriannya masing-masing. Mereka ingin menularkan pengalamannya yang pahit tentang pendidikan, kisah cinta yang terlalu dilebih-lebihkan, misalnya. Itu tidak memberikan pencerahan terhadap bangasa. Tapi kalau penulis ingin memberikan pencerahan, dia harus melihat ke belakang

Sejarah berada pada posisi berbeda. Waktu tidaklah linear. Waktu itu acak. Apa yang terjadi dimasa lampau bisa saja terjadi dimasa mendatang. Sejarah bukan sesuatu yang hilang ditelan begitu oleh waktu. Menulis sejarah berarti memprediksi masa depan. Dan tugas seorang penulis adalah menggariskan masa depan. Tugas ini belum banyak yang mengambilnya.

Bagaimana dengan Pram?

Pram terlalu sibuk dengan Jawa.

Jawa sentris?

Tidak Jawa sentris. Tapi dia tidak mencoba mengangkat bagian lain dari Indonesia untuk memberikan semangat perlawannan. Dia menafikan peran suku bangsa lain dalam mendirtikan republik ini. Pram dalam novelnya bicara tentang medan Priyayi, dan itu sangat Jawa. Tidak semua suku bangsa memiliki penulis. Tidak ada orang Papua, Bugis dan lainnya yang jadi penulis terkenal. Siapa yang akan mengangkat mereka. Bagaimana feel (perasaan) orang Papua terhadap republik ini, jika dia tidak menjadi bagian dari entitas budaya republik ini. Tidak ada yang bisa memastikan kalau Papua satu nasionalisme dengan kita, kalau tidak ada yang mengenalkan. Harus ada yang memulai.

Ada kemiripan anda dan Pram dengan realisme sosialisnya, bagaimana tanggapan anda?

Kalau kita menulis soal sekarang, mengambil kontek sosial dan politik sekarang. Itu memang harus realis. Tidak berarti, saya mengambil apa yang dilakukan Pram. Apapun yang kita gambarkan saat ini adalah realis. Politik kita, identitas demokrasi kita, semuanya penuh omong kosong. Keterwakilan seperti yang disinggung tokoh Kale dalam Rahasia Meede, hanya orang gila yang berdemokrasi. Siapaun yang menulis soal bangsa saat ini, pasti akan mirip dengan Pram.

Ada yang menyamakan anda dengan Pram muda, apa pendapat anda?

Itu sah-sah saja. Tapi saya dan Pram jelas berbeda. Pram membangun kemegahannnya sendiri, saya juga sedang membangun kemegahan saya sendiri. Siapa yang berhasil kita lihat nantilah. Kalau Pram masih hidup saya bakal tukar tandatangan dengan beliau.

Ada juga yang mengatakan gaya anda mirip dengan Dan Brown?

Gaya bercerita seperti itu bukan hanya milik Brown. Kenapa orang tidak menanyakan, bukannya Brown yang belajar ke Sidney Sheldon. Saya lebih dulu baca Sidney ketimbang Brown. Saya dengan Brown berbeda. Brown mengangkat isu-isu kuno soal agama. Dan menjadi menarik, karena brown menyentuh standar moral sesorang soal agama. Sedang saya mencipatan dunia baru, saya menciptakan peradaban baru. Saya memperkenalkan Indonesia pada dunia secara utuh. Bukan etnis dan agama.

Brown tidak mempromosikan Eropa atau Amerika, tapi Brownm mempromosikan sesutu yang sudah terjadi dimasa lalu. Konflik agama. Itu lumrah. Sedang saya menampilkan kesatuan sebuah bangsa dalam satu entitas yang terbentuk sejak berpuluh-puluh abad silam. Dan itu hanya terjadi di Indonesia. Brown jelas tidak mungkin mengungkap Amerika seperti saya mengungkapkan Indonesia

Apakah Rahasia Meede sudah mengungkapakan Indonesia secara utuh?

Belum dan harusnya memang belum. Harus ada penulis lain yang mengambil ini. Saat ini penulis terlalu sibuk dengan selera pembaca. Urusan saya menulis, kalau ada pembaca yang tidak suka, jangan baca. Urusan penulis menciptkan dunia baru, bukan mengikuti yang sudah ada.

Dalam Rahasia Meede diungkap soal harta karun VOC, apakah ini sebuah fakta?

Untuk yang ini, saya usulin pemerintah untuk membentuk tim saja.

Buku anda kaya denan dokumen sejarah, bagaimana mendapatkannya?

Saya melakukan studi di Gedung Arsip Nasional Jakarta untuk dokumen-dokumen KMB. Sedang untuk VOC, Batavia dan Pieter, saya melakukan wawancara dengan sejarahwan Alwi Sahap. Untuk Pulau Hondrus, Papua, Mentawai saya mendatanginnya. Intinya ada studi pustaka, wawancara, dan penelitian. Saya pikir untuk penulis zaman sekarang, studi dan penelitian itu harus dilakukan seberapa pun keterbatasan bujet kita. Kita harus menampakan potret asli rakyat. Kita tidak bisa lagi menyajikan mimpi-mimpi yang tidak mungkin terjadi. Novel-novel yang menampilkan mimpi, tidak lebih dari roman picisan. Tapi itu haknya penulis. Menurut saya harus ada penulis yang keluar dari itu.

Jadi apa sebenarnya tugas seorang penulis?

Tugasnya adalah memberikan kesadaran baru kepada masyarakat, membengkokan peradaban. Itu yang dilakukan Gorki (Maxim Gorki) yang menginspirasi revolusi Bolsyevik tahun 1917 lewat Ibunda yang ditulisnya pada 1906. Itu juga yang dilakukan Pram dengan tetraloginya, walau kita tahu tidak memberikan dampak politik apa-apa bagi Indonesia, kecuali PRD. Itu juga yang dilakukan penulis Ceko yang menumbangkan Rezim Sosialis di Ceko. Kata-kata mereka jauh lebih kuat dari tank-tank Soviet yang ada di Ceko.

Menurut saya, harus ada penulis yang mengambil posisi itu. Kita juga tidak bisa menutup mata kalau ada juga penulis yang menulis soal stensilan. Namun orang tidak harus menulis sesuai selera masyarakat. Saya menolak setiap upaya meminta saya menulis apa yang mereka inginkan. Saya hanya menulis apa yang saya inginkan.

Artinya penulis adala pendobrak awal perubahan?

Harusnya seperti itu. Kalau kita bicara konsep Nasionalisme Indonesia. Tidak ada satu pun kata-kata yang lebih menggemparkan ketimbang sebuah pamlet yang ditulis Raden Mas Soewardi Soerjaningrat “Ik eens Nederland Was” atau "Seandainya Saya Seorang Belanda". Dampak pamlet itu pengaruhnya jauh lebih masif ketimbang kongers SI (Syarikat Islam) yang dihadiri puluhan ribu orang.

Penulis itu memberikan kesadaran baru bagi masyarakat. Bahkan wartawan pun, pada banyak hal jauh lebih berguna dari novelis.

Apakah ini bentuk sikap anda?

Setiap penulis harus membawa ideologi.

Tapi untuk mencapai kesadaran seperti itu, pasti ada tahapan-tahapan sebelumnya?

Kesadaran adalah himpunan dari pengalaman. Saya SMA di Taruna Nusantara, pedidikan militer. Kesadaran konyol tentang Indonesia ada disitu. Tapi cukup memberi wawasan tentang kesatuan Indonesia. Lalu saya kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, ikut demo juga, lalu jadi kordinator I BEM UI.

Itu pengalaman yang membentuk kesadaran. Saya pernah datang disebuah tempat minum didepan bundaran HI. Disana tempat terjadi tawar-menawar aksi demonstrasi. Proses-proses demokrasi seperti itu semuanya omong kosong. Kita hanya dimainkan wacana dan isu yang membuat otak ini semakin buntu. Hanya elit-elit yng bermain. Kesadaran yang dibangun media, TV pun, yang terus menerus berganti, membuat orang lupa pada esensi masalah.

Indonesia harus seperti apa dan saat ini bagaiamana?

Indonesia adalah proses yang belum selesai. Di negara ini banyak ketidakadilan, begitu amburadulnya sistem. Harusnya dalam kondisi ini, Indonesia bisa melahirkan penulis-penulis hebat di dunia. Kita hanya melahirkan Pram. Para politisi kita ketika bicara soal rakyat, dia punya misi meraup suara. Begitu juga SBY saat bicara rakyat dia juga sambil menatap 2009. Harus ada yang memberikan kesadaran-kesadaran baru bagi rakyat.

Buku adalah sebuah produk, ada nilai bisnis didalamnya. Apa anda tetap berkomitmen menulis buku sejenis, jika tidak lagi diminati secara bisnis?

Saya pikir, buku-buku seperti ini tidak pernah akan habis. Yang namanya realis tetap akan menjadi trend. Banyak muncul aliran-aliran baru realis, tapi substansi tetap sama. Umberto Eco, Dan brown dan lainnya, bisa mewakili itu. Saya Insya Allah tidak akan beralih.

Bagaimana pandangan anda soal novel-novel Teenlit, Roman Picisan dan sebagainya?

Tidak ada hak saya untuk mengemontarinya. Orang cari duit. Tapi mereka bertanggung jawab membentuk bangsa ini menjadi instan. Sebenarnya yang lebih diwaspadai adalah teenlit yang dibungkus agama. Kalau yang sekuler bisa dihindarkan. Kita punya perangkat untuk itu. Tapi kalau dibungkus agama gimana.

Yakin bisa hidup sebagai penulis?

Tanyakan hal yang sama pada presiden. Apa dia bisa hidup sebagai presiden. Presiden dan penulis tidak jauh berbeda. Presiden pasti akan memikirkan apakah pemilih masih mood dengan dia. Begitu juga penulis, apakah pembaca masih menyukai karyanya.

Dalam novel anda sering dibawa identitas Minang, kenapa?

Kalau kita ingin terlibat dalam percaturan global. Maka akarnya adalah tanah kelahiran kita. Ketika orang Itali di New York, mereka akan bangga sebagai orang Sisilia. Kita harus punya dedikatif hidup pada tanah kelahiran kita. Dan ini bukan etnosentris. Akar terdalam seseorang adalah, pertama ibunya, kedua tanah kelahirannya. Itulah kenapa saya memasukan daerah-daerah di sumbar. Untuk menjadi besar, orang tak boleh durhaka pada ibunya, pertama ibu kandung kedua tanah kelahirannya.

Kita juga tidak bisa lepas dari konteks historis, Orang Minang terlibat dalam pembentukan republik ini. Itu kutukan sejarah yang tidak bisa kita hindari. Yang terus membebani kita sangat besar, sehingga kita menjadi kerdil saat ini.

Kenapa tentang diri anda sangat sedikit diulas?

Saya kan bukan penulis murahan. Kalau saya penulis murahan, saya tuliskan semuanya. Tapi ngapain saya menonjolkan apa yang telah berlalu. Pernah diburu 50-an pasukan berani mati, sedang kami hanya 13 orang. Hal seperti ini sudah berlalu dalam hidup saya, terlalu cengeng untuk saya tuliskan. Penggemar CV itu untuk lamar kerja bukan untuk penulis.

Apa rencana anda setelah ini?

Saya sekarang sedang memikirkan sebuah cerita yang substansinya sama. Konsepnya sama dengan sekarang, tetap mengangkat realistas yang ada. Tapi lebih tipis dan ringan. Obsesi terbesar saya adalah menulis soal Perang Kamang. Namun untuk membuat karya ini saya harus melakukan studi ke Belanda, karena disana data-datanya paling lengkap. Tradisi kaba di Minangkabau menyulitkan saya. Selain itu, saya juga mau menulis soal Rafles, Tan Malaka, tapi pada konteks yang lebih pelik, masa lalu.

Saya juga mau menulis tentang PRRI. Masih banyak yang belum terungkap. Ini tantangan buat anak-anak Padang. Karena PRRI adalah model otonomi daerah yang diingkari Jakarta. Sumbar tidak pernah melepaskan diri dari NKRI, yang ingin diganti adalah pemerintahnya. Penumpasan PRRI dikenal sebagai operasi Agustus. Sebagai orang minang, kita tidak boleh bangga dengan operasi itu. Karena membuat orang Minang mati secara kultur. Saya ingin tanyakan, apa yang diajarkan buku-buku sejarah pada kita soal ini. Pada 1958 itu, PRRI jauh lebih benar dari pada RI.

Apakah anda akan menulis buku teks sejarah?

Kayaknya ngak, saya belum siap menggantikan Nugroho Notosusanto.. (hahahaaa)(*)

Read More......

19 November 2007

Mengenal Es Ito, Penulis Novel Rahasia Meede (3/habis)

"SAYA TAK AKAN BERALIH"

Menghabiskan 2 jam dengan ES Ito, kita diajak pada kedalaman pemahamannya tentang banyak hal. Selama wawancara itu, sebatang rokok terus bermain disela-sela jari-jarinya. Pembicaraan pun melompat dari satu topik ke topik lainnya. Tentang identitasnya sebagai orang Minang misalnya, dan kenapa identitas ke-Minangannya itu selalu masuk dalam novelnya. ES Ito mengatakan, kalau ingin terlibat dalam percaturan global. Maka akar berpijak adalah tanah kelahiran. Demikian yang terjadi pada orang-orang Italia di New York.

Semua orang, katanya, harus punya dedikatif hidup pada tanah kelahirannya masing-masing. Karena akar terdalam seseorang adalah ibunya dan tanah kelahirannya. Untuk menjadi besar, lanjutnya, orang tak boleh durhaka pada ibunya, pertama ibu kandung kedua tanah kelahiran. Semua orang Minang, tambahnya, tidak bisa lepas dari konteks historis. Dalam artian, terkena kutukana sejarah terhadap bangsa ini, karena orang Minang terlibat dalam pembentukan republik ini.

"Itu kutukan sejarah yang tidak bisa kita hindari dan terus membebani, sehingga menjadikan kita lebih kerdil sepeti saat ini," imbuh Ito.

Obsesi terbesarnya sebagai novelis adalah menuliskan Perang Kamang, Rafles, Tan Malaka. Selain itu ES Ito juga terobsesi menulis PRRI. Sejarah-sejarah itu belum banyak yang terungkap. PRRI misalnya, sejarah yang diajarkan sekolah selama ini membuat orang Minang mati secara kultur. Sumbar dituduh memberontak, padahal kenyataannya PRRI hanya ingin pergantian pemerintah, bukan keluar dari NKRI.

Pembicaraan terus beralih dari satu topik ke topik lainnya dengan sangat cepat. Tentang buku ES Ito yang kaya data sejarah misalnya. Ternyata tidaklah mudah menghasilkan karya seperti Rahasia Meede. Banyak studi pustaka, wawancara, penelitian dokumen dan bahkan studi lapangan yang dilakukannya. ES Ito melakukan studi di Gedung Arsip Nasional Jakarta untuk dokumen-dokumen KMB. Melakukan wawancara dengan sejarahwan Jakarta, Alwi Sahap, untuk menggali data tentang VOC, Batavia dan Pieter Erberveld. Dia juga mendatangi kepuluan Mentawai, Papua dan Pulau Hondrus, untuk
mendeskripsikan secara langsung daerah itu dalam novelnya. Studi dan penelitian itu, katanya, harus dilakukan setiap penulis, seberapa pun terbatas bujetnya.

"Kita harus menampakan potret asli rakyat. Kita tidak bisa lagi menyajikan mimpi-mimpi yang tidak mungkin terjadi. Novel-novel yang menampilkan mimpi, tidak lebih dari roman picisan, menurut saya," katanya.

Pertanyaan terakhir yang diujung wawancara, cukup membuat dia berfikir sejenak. Sampai sejauhmana dia akan bertahan dengan gaya bercerita yang realisme seperti itu, dan tidak akan tergoda menulis bentuk lain yang lebih easy (mudah)? Buku, katanya, adalah sebuah produk dan ada nilai bisnis didalamnya. Tapi, dia yakin buku bertemakan realisme dengan pendekatan sejarah tidak akan habis. Yang berganti hanya cara penyampaiannya, sedang substansi tidak akan berubah.

"Saya tidak akan beralih. Kalau ditanyakan apakah saya bisa hidup dari menulis? Tanyakan hal yang sama kepada presiden. Apa dia bisa hidup sebagai presiden. Presiden dan penulis tidak jauh berbeda. Presiden pasti memikirkan apakah pemilih masih mood dengan dia. Begitu juga penulis, apakah pembaca masih menyukai karyanya," ujar ES Ito.

Dia benar, hidup adalah sebuah pilihan. Dan setiap pilihan itu mengandung resiko yang berbeda. Dia telah memilih dan siap menganggung konsekuensi yang ditimbulkan atas pilihannya itu. (*)

Read More......

Mengenal Es Ito, Penulis Novel Rahasia Meede (2)

"PENULIS, PENCIPTA DUNIA BARU"

Sejarah menjadi saksi bagaimana kekuatan goresan pena dalam mengubah sejarah dan menghebohkan sebuah tatanan yang mapan. Dicontohkannya, dalam konsep Nasionalisme Indonesia, tidak ada satupun kata-kata yang lebih menggemparkan ketimbang sebuah pamflet yang ditulis Raden Mas Soewardi Soerjaningrat "Ik eens Nederland Was" atau "Seandainya Saya Seorang Belanda". Dampak pamflet itu, jauh lebih masif ketimbang kongres SI (Syarikat Islam) yang dihadiri puluhan ribu orang.

Menurutnya, harus ada penulis yang mengambil posisi itu. Karena Indonesia adalah proses yang belum selesai. Di Indonesia banyak ketidakadilan, sistem yang amburadul. Harusnya dalam kondisi ini, Indonesia bisa melahirkan penulis-penulis hebat di dunia.

"Tapi kita hanya melahirkan Pram. Para politisi kita terlalu sibuk meraup suara. Harus ada yang memberikan kesadaran-kesadaran baru bagi rakyat. Saat ini penulis terlalu sibuk dengan selera pembaca. Urusan saya menulis, kalau ada pembaca yang tidak suka, jangan baca. Urusan penulis menciptakan dunia baru, bukan mengikuti yang sudah ada," lagi-lagi ketegasan sikapnya tampak dari setiap kata-katanya.

"Saya menolak setiap upaya meminta saya menulis apa yang mereka inginkan. Saya hanya menulis apa yang saya inginkan," katanya seakan medekonstruksi komersialilasi yang menghinggapi penulis-penulis Indonesia hari ini. Yang dibuktikan dengan maraknya cerita-ceritan teenlit, roman picisan, yang tidak menggambarkan kondisi Indonesia.

Malam terus berlanjut. Jam sudah menunjukan pukul 21.00 WIB. ES Ito hadir di Padang dalam rangka menghadir undangan bedah bukunya, Rahasia Meede. Dengan sedikit "memaksa" kami akhirnya bisa mengajaknya bicara soal karya dan buah pikirannya. Meski awalnya mengaku agak kelelahan dan ingin segera mandi, tapi ketika bicara soal padangannya terlihat ada rasa lapar di matanya. Ada impian besar yang sedang dicoba dibangunnya. Bukan untuknya, bukan untuk siapa-siapa. Tapi, untuk Indonesia.

Berbicara dengan Ito, kita diajak berdialog tentang banyak hal. Kata-katanya kadang melompat-lompat, namun denga alur pikiran yang tersistematis. Ini saya pikir sangatlah wajar, mengingat Ito memiliki latar belakang yang paradoks. Antara satu tahapan hidupnya dengan tahapan selanjutnya, cenderung bertolak belakang. Lahir dari keluarga petani tahun 1981 (seperti yang ditulis dalam profil singkatnya di Rahasia
Meede), ES Ito menghabiskan masa Sekolah Dasarnya di Magek. Seusai menamatkan SMP, penulis dengan nama lengkap Eddri Sumitra ini memasuki lingkungan baru di sekolah kemiliteran SMA Taruna Nusantara.

Berbeda dengan rekan-rekannya yang lain sesama lulusan angkatan ke-7, ES Ito memilih untuk tidak menjadi tentara. Entah apa alasanya, namun sebuah ucapan pendek sedikit banyak menggambarkan alasannya. "Di SMA Taruna Nusantara, saya mendapatkan kesadaran konyol tentang Indonesia. Tapi saya akui cukup memberi wawasan tentang kesatuan Indonesia," ungkapnya.

Kesadaran merupakan himpunan dari pengalaman. Itulah yang diungkapannya, ketika ditanyakan proses pencarian seperti apa yang membuat dia sampai pada puncak kesadaran tentang Indonesia. Pengalaman membentuk kesadaran. Woow.. penuh mauatan filosofis. Diceritakannnya, seusai tamat dari SMA Taruna Nusantara, dia menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Kembali di kampus yang banyak
melahirkan cendikiawan Indonesia ini, bibit intelektualnya tersemai. Berbagai kegiatan organisasi kampus diikutinya, dan bebarapa jabatan penting pernah disandangnya. Seperti kordinator I BEM UI.

Kuliah di kampus yang dekat dengan pusat kekuasaan, tentu akan berbeda hasilnya dengan jebolan universitas pinggir. Ada nilai plus yang mereka nikmati. Mereka saban hari menyaksikan sebuah transaksi politik, demi mencapai sesuatu. Tawar menawar
demonstran bayaran, misalnya.

"Saya pernah datang disebuah tempat minum di depan bundaran HI. Disana tempat terjadi tawar-menawar aksi demonstrasi. Proses-proses demokrasi seperti itu semuanya omong kosong. Kita hanya dimainkan wacana dan isu yang membuat otak ini semakin buntu. Hanya elit-elit yang bermain. Kesadaran yang dibangun media, TV pun, yang terus menerus berganti, membuat orang lupa pada esensi masalah yang sebenarnya," tambahnya.

Lalu kenapa dengan beragam pengalaman organisasi dan aktivitas sosial itu, ES Ito hanya menuliskan sepenggal kalimat tentang dirinya? "Saya bukan penulis murahan. Kalau saya penulis murahan, saya tuliskan semuanya. Tapi ngapain saya menonjolkan apa yang telah berlalu. Hal seperti itu sudah berlalu dalam hidup saya, terlalu cengeng untuk saya tuliskan. Penggemar CV itu untuk lamar kerja bukan untuk penulis," jawabannya menyentak dan keluar dari mainstream penulis kebanyakan, yang hobi mengobral CV.(*)

Read More......

Mengenal Es Ito, Penulis Novel Rahasia Meede (1)

MEMPERKENALKAN INDONESIA SECARA UTUH

Bersemangat dan tidak jarang meledak-ledak. Mengkonstruksi disatu sisi tapi melakukan dekonstruksi di tempat lain. Memiliki pandangan jauh dalam membangun bangsa, khas kaum muda. Itulah ES Ito, penulis Novel Rahasia Meede. Berbicara dengan anak muda ini seperti berbicara dengan pemikir politik ketimbang seorang novelis.

ES Ito, penulis muda kelahiran Sumbar. Pujian setinggi langit diberikan banyak pihak pada buah karyanya, Rahasia Meede. Tidak salah memang, membaca Rahasia Meede kita menemukan realitas Indonesia yang sebenarnya. Sangat bertolak belakang dengan apa yang digambarkan dalam cerita-cerita sinetron atau novel-novel picisan lainnya. Pram muda sudah lahir.

"Pramudya Ananta Toer muda sudah lahir dengan kompleksitas penulis generasi abad 21 tetapi tetap gigih membela manusia dan merayakan kebebasan," kata essais dan penyair M Fadjroel Rachman dalam sepenggal pujiannya atas Rahasia Meede.

Pendapat Fadjroel Rahman itu kemudian dibantahnya. Dalam sebuah wawancara di Padang, Kamis (14/11), ES Ito mengatakan antara dia dengan Pram jelas sangat berbeda. Pram membangun kemegahannnya sendiri, dan dia juga sedang membangun kemegahannya sendiri. Siapa yang berhasil, waktu yang akan membuktikan. "Tapi penggambaran itu sah-sah saja. Karena siapapun yang menulis soal bangsa hari ini, pasti akan mirip dengan Pram," tandasnya pada malam itu.

"Setelah Pram, novel sejarah seperti ruang kosong yang tidak terisi. Penulis-penulis Indonesia terlalu sibuk dengan trend kediriannya masing-masing. Mereka ingin menularkan pengalamannya yang pahit tentang pendidikan, kisah cinta yang terlalu dilebih-lebihkan, misalnya. Itu tidak memberikan pencerahan terhadap bangsa. Tapi kalau penulis ingin memberikan pencerahan, dia harus melihat ke belakang," ungkap
putra pasangan Suardi Katik Batuah dengan Rosnadiar ini menjelaskan alasan ketertarikannya menulis novel sejarah.

Perbedaanya dengan Pram, bukan cuma dalam membangun kemegahan. Banyak hal lainnya. Pram menurutnya terlalu sibuk dengan Jawa dan melupakan Indonesia yang lain. Sedang Es Ito, membangun Indonesia. Menampilkannya dalam kesatuan bangsa yang utuh dalam satu entitas yang terbentuk sejak berpuluh-puluh abad silam.

Pram, menurut ES Ito tidak mencoba mengangkat bagian lain dari Indonesia untuk memberikan semangat perlawannan. Dia menafikan peran suku bangsa lain dalam mendirikan republik ini. Pram dalam novelnya bicara tentang medan priyayi, dan itu sangat Jawa. Tidak semua suku bangsa memiliki penulis. Tidak ada orang Papua, Bugis dan lainnya yang jadi penulis terkenal. Siapa yang akan mengangkat mereka.

"Bagaimana feel (perasaan) orang Papua terhadap republik ini, jika dia tidak menjadi bagian dari entitas budaya republik ini. Tidak ada yang bisa memastikan kalau Papua satu nasionalisme dengan suku bangsa lainnya, seperti jawa yang digambarkan Pram. Harus ada yang memulai. Karena, sejarah berada pada posisi berbeda. Waktu tidaklah linear. Waktu itu acak. Apa yang terjadi dimasa lampau bisa saja terjadi dimasa
mendatang. Sejarah bukan sesuatu yang hilang ditelan begitu oleh waktu. Menulis sejarah berarti memprediksi masa depan. Dan tugas seorang penulis adalah menggariskan masa depan. Tugas ini belum banyak yang mengambilnya," kata ES Ito.

Dia juga menolak disamakan dengan Dan Brown, penulis novel fenomenal Da Vinci Code. Meski diakuinya memiliki gaya penceriataan yang sama, namun dia menolak mengekor Brown. Dikatakan ES Ito perbedaan mendasarnya dengan Brown adalah, Brown mengangkat isu-isu kuno soal agama. Novelnya menjadi menarik karena menyentuh standar moral seseorang soal agama. Sedang dia, mencipatan dunia baru, membuat peradaban baru.

"Saya memperkenalkan Indonesia pada dunia secara utuh. Brown tidak. Dia hanya mempromosikan sesuatu yang sudah terjadi dimasa lalu. Konflik agama. Itu lumrah," ujarnya.

Lalu apa tugas seorang penulis sebenarnya? Penulis, kata Ito, harus memberikan kesadaran baru kepada masyarakat, membengkokan peradaban. Itulah yang dilakukan Maxim Gorki yang menginspirasi revolusi Bolsyevik tahun 1917 lewat Novel Ibunda yang ditulisnya pada 1906. Itu juga yang dilakukan Pram dengan tetraloginya, walau semua tahu, itu tidak memberikan dampak politik apa-apa bagi Indonesia, kecuali Partai Rakyat Demokratik (PRD). Itu juga yang dilakukan penulis Ceko yang menumbangkan Rezim Sosialis di Ceko. Kata-kata mereka jauh lebih kuat dari tank-tank Soviet yang ada di Ceko.(nto)

Read More......

12 November 2007

Arena Book Fair III : Boyong Toko Sampai Bursa Buku Murah

Di hari kedua pelaksanaannya, ratusan pengunjung memadati arena Book Fair III di Gedung Bagindo Aziz. Janji akan adanya diskon seperti yang dikatakan panitia memang benar adanya. Semua stand yang mengisi arena memberikan diskon yang berbeda. Bahkan ada yang memajang tulisan "bursa buku murah Rp 10.000".

Dari puluhan stand yang ada, kehadiran toko buku Gramedia tentu saja menarik perhatian. Selain satu-satunya toko buku terbesar di Sumbar, Garmadia juga memboyong semua jenis koleksinya ke arena ini. Tidak tanggung-tanggung, sedikitnya 5000 eksemplar dari 30 group/jenis koleksi buku didatangkan ke Bagindo Aziz Chan. Demikian juga dari segi tempat, separuh bagian tengah Gedung Bagindo Aziz Chan ini jadi miliknya Gramedia.

" Gramedia boyong tokonya," itulah komentar Naini (40), ibu rumah tangga ketika diminta komentarnya soal stand Gramedia.

Pernyataan Naini yang datang bersama putranya ini tentu saja tidak salah. Selain lokasi yang lebih besar, susunan dan konfigurasi koleksi buku Gramedia memang dibuat sebagaimana biasa kita saksikan di tokonya. Semua koleksi dipajang di rak-rak buku yang diisi pada kedua belah sisinya. Begitu juga buku-buku baru, disusun rapi di atas meja sembari ada kalimat buku baru diatasnya.

Demikian juga dengan pelayanannya, tidak ada perbedaan. Semuanya dilakukan ala Gramedia. "Semuanya memang ciri khasnya Gramedia. Mulai dari susunan buku, pelayanan dan semunya sama," kata Penanggungjawab stand Gramedia, Waluyo, yang diwawancarai disela-sela kesibukannya melayani penggungjung.

"Bukan boyong toko. Pada mulanya kami dapat tempat separuh dari besar yang sekarang. Tetapi panita menawarkan yang separuhnya lagi, kebetulan waktu itu masih kosong. Jadilah kami dapat yang lebih luas," terang Waluyo.

Selama dua hari berpameran, buku yang paling laris diburu pembeli adalah Tetralogi Laskar Pelangi karangan Andrea Hiraka. Selama dua hari itu, buku yang menjadi best seller nasional ini habis terjual 200 eksemplar. Pernyatan Waluyo soal laskar Pelangi, terbukti. Hanya dalam beberapa saat saja, saya sudah melihat beberapa perempuan mengapit buku itu. Salah satu diantaranya mengatakan dia tertarik membaca novel ini karena diangkat dari kisah nyata.

Ketertarikannya untuk membeli buku Laksar Pelangi bertambah ketika acara Talk Show Kick Andys di Metro TV mengulas kisah ini dalam salah satu episodenya. "Kisah Laskar Pelangi sangat menggugah. Saya belum memang belum baca bukunya, tapi sudah tahu kisahnya. Beberapa teman rekomendasikan juga, di Kick Andy juga pernah diulas," kata Rina (22) mahasiswi UNP. Sesaat setelah ditinggalkan, Rina masih menimang-nimang buku bercover merah dan dibungkus plastik ini. Dia mengaku masih ragu apakah mengambil buku pertama dari Laskar Pelangi, atau buku ketiganya, Edensor.

Waluyo menambahkan semua buku yang dipajang di arena tersebut diberi diskon beragam, meski tidak tertulis kata-kata diskon diatasnya. "Rugi mas kalau tidak beli sekarang, kalau di toko tidak ada diskon lagi. Hanya khusus disini, itu pun sampai 18 November saja," Waluyo menggelitik keinginan saya untuk membeli buku.

Dua kali diberi sugesti, membuat saya takluk dan merogoh saku. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya putuskan mengambil dua buku (awalnya tidak berniat mau beli), yaitu buku ke tiga Andrea Hiraka, "Edensor" dan buku ES Ito, "Rahasia Meede". Siapapun orangnya, jika dia penggila buku, pasti akan ngiler melihat buku-buku bagus yang dipajang di arena ini. Apalagi ada buku yang dijual nyaris dalam bentuk kiloan, hanya Rp 10.000/buahnya.

Adalah toko buku Al Fitrah yang menempuh cara itu. Disetiap tumpukan bukunya, penjual memasang kata-kata "harga murah hanya Rp 10 ribu". Itu pun belum semunya, beberapa buku juga diberi diskon sampai 50 %. Bahkan ada buku yang di stand ini didiskon, tapi di stand lainnya dijual dengan harga normal. "Gila diskonnya nyampe 50%," ungkap Nita (21), sembari memperlihatkan buku Becoming Star karya Teguh Winarno kepada saya.

Bursa buku murah dan diskon besar-besarn bukan hanya milik satu stand. Hampir semua stand yang ada, mencoba menggaet pembeli lewat cara itu. "Jarang-jarang ada buku murah. Mumpung sedang ada Book Fair, puas-puasin aja," ujar Feri (29), salah seorang pengunjung. Ditangan pria yang datang bersama istri ini sudah mengantongi sedikitnya empat buku dengan judul yang berbeda.

Book Fair III ini digelar dari 10-18 November 2007 di Gedung Bagindo Aziz Chan. Selain pameran buku, panitia juga mengagendakan hadirnya dua penulis yang tengah naik daun di jagad perbukuan Indonesia. Yaitu Habiburrahman El Shirazy (penulis ayat-ayat cinta) dan ES Ito (penulis Rahasia Meede). Selain itu juga akan ada acara lainnya yaitu lomba celoteh anak, lomba presenter menuju Detak Sumbar oleh Padang TV, lomba baca puisi, lomba dongeng guru TK, lomba mewarnai antartaman kanak-kanak (TK), serta lomba ceramah soal membaca dan buku.

Dengan beragam suguhan acara ini, rugi rasanya kalau anda tidak berkunjung ke arena pameran buku terbesar di Sumbar ini. Tertarik? datangin aja langsung.(*)

Read More......

10 November 2007

Memainkan Si Bubuk Hitam

Sore itu, Syafrigun (33) warga Rt III/VI Teluk Nibuang Kelurahan Gates Kecamatan Lubuk Begalung Padang, sedang asyik-asyiknya mengaduk campuran bahan kimia, potasium, belereng, timah putih dan sedikit gula. Satu demi satu adonan itu dimasukan ke dalam potongan paralon yang sudah disediakan sebelumnya. Semilir angin laut sore itu menelusup masuk lewat jeruji jendela kamarnya.

Tiba-tiba sebuah percikan api memicu terjadinya ledakan. Adonan yang tadi diracik seketika berubah menjadi senjata pembunuh. Syafrigun kaget, tapi sudah sangat terlambat sekali. Ledakan hebat menguncang dan kemudian mengoyak-ngoyak tubuh laki-laki ini. Dia yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan terlempar beberapa meter, dan menghembuskan nafas terakhirnya. Bom ikan (bubuk hitam/black powder) yang saat itu dirakitnya meledak pukul 4 sore.

Peristiwa naas ini tidak akan pernah dilupakan warga sekitar, terutama keluarga dan istri korban, Martaliza (27). Begitu mengetahui peristiwa tersebut, ibu dengan tiga anak ini langsung bertolak dari rumahnya di Jorong Biteh Kenagarian Kacang Singkarak Kecamatan Sapuluah Koto Dibawah Kabupaten Solok. Namun tidak banyak yang bisa dikorek dari ibu Dana (3), Adep (9) dan Icha (8) ini soal aktifitas suaminya. Selama yang diketahuinya, Sayfrigun hanya seorang nelayan biasa. Dia bahkan tak menyangka kalau laki-laki yang telah memberinya tiga putra ini bisa merakit bom ikan.

"Yang wak tahu, abang hanyo nelayan sajo. Sadang untuak marakik bom apolai mambom lauik yo dak tahu awak do," ucapnya lirih. Saat itu dia tengah mendampingi putra bungsunya, Dana yang tertidur.

Dasyatnya ledakan yang menewaskan Syafrigun ini setidaknya tergambar dari ucapan tetangga korban, Ida (45). Saat ditemui beberapa saat terjadinya ledakan, Ida masih terlihat shock. Ini wajar, mengingat ledakan hebat tersebut menyebabkan dinding kamar mandi dan dapur rumahnya nyaris jebol. Saat suara dentuman terjadi, Ida sedang memasak di dapur. Dia tidak menyangka kalau itu berasal dari bom. Sebelumnya dia berfikir kalau ada pesawat jatuh menimpa atap rumahnya.

"Begitu terdengar suara itu, saya langsung berlari keluar rumah. Kemudian baru menuju kearah suara tersebut. Saya melihat kamar yang ditempati Syafrigun sudah rubuh. Ada asap hitam yang mengepul," kata Ida.

Pernyataan Ida itu dibenarkan tetangga lainnya, Ir (30). "Saya sedang di luar rumah, tiba-tiba terdengar ledakan, lalu saya berlari ke belakang. Saya melihat ada asap keluar dari tempat itu," ujar Ir (30).

Ketua Rt III/VI, Indra Sakti dilokasi kejadian mengatakan, ledakan itu bahkan bisa didengarnya dari jarak 500 meter. "Rumah saya berjarak 500 meter dari tempat ini. Saat terjadi ledakan saya sedang dirumah, suaranya keras terdengar," katanya.

Bukti lain yang menggambarkan hebatnya ledakan itu juga bisa dilihat dari kondisi rumah korban. Atap, dinding dan beberapa perabotan yang ada didalam kamar tempat dia meracik bom ikan itu nyaris hancur. Bahkan salah satu bagian dinding rumah tetangga korban juga mengalami keretakan dan satu jendela kacanya pecah.

Aparat kepolisian yang meluncur ke TKP sesat setelah ledakan menemukan beberapa barang bukti. Dikamar tempat Syafrigun merakit bom ikan itu, didapatkan dua potong paralon, satu kompresor, beberapa bongkahan belerang dan satu bungkus rokok. Juga ditemukan satu ember plastik, satu tabung cat ukuran kecil, KTP, jam tangan dan dompetnya.

Sedang korban sendiri baru ditemukan setelah aparat membongkar reruntuhan kamarnya. Saat ditemukan, kondisi korban sangat mengenaskan. Wajahnya nyaris tidak berbentuk. Hidung, mulut, mata dan bagian wajah lainnya hancur. Ledakan tersebut juga menyebabkan tangan dan jari-jarinya terpotong. Aparat kepolisian dilokasi kejadian, bahkan menemukan sepotong tulang yang diduga bagian dari tubuhnya. Disemua sudut kamar, dipenuhi ceceran darah.

Langgar Aturan

Pemakaian bahan peledak dalam menagkap ikan, jelas tidak dibolehkan. Selain merusak lingkungan dan ekosistem laut, pemakaian bahan peledak juga melanggar aturan. Kecuali untuk beberapa hal, itu pun harus ada izin langsung dari Departemen Perindustrian Perdagangan dan diawasi langsung Menteri Pertahanan dan Keamanan.

Pemakaian bahan peledak untuk industri atau komersial selain memiliki persyaratan khusus, juga sesuai kebutuhan perusahaan. Contohnya untuk pertambangan, bahan peledak biasanya digunakan untuk meledakkan bahan tambang.

Kepala Dinas Perindag Sumbar DR Busharmaidi MS, menyebutkan hingga saat ini belum ada satu pun perusahaan, distributor maupun agen yang mengurus izin untuk mendatangkan bahan peledak maupun bahan kimia berbahaya ke Sumbar.

Penggunaan bahan peledak diatur dalam keputusan presiden (Keppres) No 125 Tahun 1999 tentang bahan peledak. Pada pasal 1 aya 1, bahan peledak adalah bahan atau zat yang berbentuk padat, cair, gas, atau campurannya, yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan atau gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas, dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, disertai efek dan tekanan yang sangat tinggi.

Kemudian pasal 1 ayat 3 bahan peledak untuk kepentingan militer dan kepentingan industri (komersial) ditetapkan Menteri Pertahanan Keamanan, dengan memperhatikan pertimbangan menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian, perdagangan, dan kesehatan. Dan pada pasal 3, Menteri Pertahanan Keamanan menetapkan persyaratan badan usaha setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang bertanggung jawab di bidang keuangan, perindustrian, perdagangan dan kesehatan serta Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

"Dengan adanya Keppres ini, sudah jelas penggunaan dan perizinan bahan peledak sangat ketat. Kalau ada nelayan yang bisa mendapatkan bahan itu, kemudian meraciknya untuk dijadikan bom ikan, hal ini pantas untuk dipertanyakan. Bagaimana bisa mereka mendapatkannya," tandas Busharmaidi.

Untuk mengantisipasi masuknya bahan-bahan kimia itu, pihaknya telah mengirimkan tim dari bidang perdagangan dalam negeri, untuk mencek apakah ada distributor Jakarta yang mendistribiskannya ke Sumbar.

Dilakukan Sweaping

Mengantisipasi peredaran bahan kimia pembuat bom ikan, Kapoltabes Padang Kombes Pol Drs Tri Agus Heru Prasetyo mengatakan pihaknya telah melakukan sweaping (penyisiran) di toko-toko yang diduga menjadi pemasok bahan baku bom. Beberapa toko yang dicurigai menjadi mata rantai pasokan bahan kimia itu sudah digeledah, namun belum ditemukan hal-hal yang mencurigakan.

Dugaan sementara kata Tri Agus Heru Prasetyo, bahan baku bom yang menewaskan Syafrigun itu berasal dari Singkarak Kabupaten Solok. Ini dikuatkan dengan ditemukannya dua buah bom ikan di sebuah rumah di nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok, beberapa waktu lalu. Namun sayang, "B" (50) yang diduga kuat sebagai pemilik bahan peledak itu tersebut keburu kabur dan menjadi buronan polisi.

Bukan hanya toko yang disweaping. Aparat juga akan menyisir toko-toko obat dan apotik yang kemungkinan besar memiliki dan menjual bahan-bahan dasar bom ikan itu. Kedepan, aparat, kata Tri Agus, akan lebih memperketat masuknya bahan berbahaya tersebut ke Kota Padang.

"Namun kepada masyarakat kita minta untuk tidak lagi melakukan pengeboman ikan. Selain melanggar undang-udang, juga membahayakan diri sendiri dan orang lain," tandas Tri Agus.(**)

Read More......

08 November 2007

Tsunami 5 Meter ?

Padang memang berpotensi terjadinya gempa dan Tsunami. Namun kabar menyejukan datang dari Ahli geologi dari Pusat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Danny Hilman Natawidjaja. Rang sumando minang ini mengatakan kalaupun terjadi tsunami di Kota bingkuang, skenario paling buruk hanya setinggi 5 meter saja.

Pernyatan ahli gempa yang sudah meneliti perkembangan gempa Mentawai sejak 15 tahun silam ini sekaligus bantahan prediksi ahli Jerman (sebagimana yang pernah di ekspos Walikota Padang sebelumnya) yang mengatakan Tsunami di Kota Padang bisa mencapai tinggi 20 meter.

"Kondisi paling buruk hanya setinggi 5 meter saja. Itupun secara ilmiah sangat tidak mungkin tercapai. Kondisi paling moderat hanya 4 meter saja. Gelombang Tsunami 5 meter itu terjadi jika pergerakan gempa sejauh 20 meter," kata Danny Hilman Natawidjaja dalam silaturahmi bersama wakil walikota Padang, Drs Yusman Kasim, dirumah dinas wakil walikota, Rabu malam (7/11).

Dijelaskan rang sumando Minang ini pergerakan lempeng Australia yang berada di belakang pulau Mentawai terhadap lempeng eurasia yang ada diantara Padang dan
Mentawai hanya 5 cm/tahun. Dalam rentang 200 tahun ini, artinya pergerakan lempeng itu hanya 10 meter saja. Dengan asumsi seperti itu, artinya secara ilmiah sangat tidak memungkinkan tinggi gelombang 5 meter, karena untuk menghasilkan gelombang 5 meter dibutuhkan ayunan lempeng sejauh 20 meter.

Danny mengatakan dari kajian ilmiah pihaknya, gempa raksasa yang "bertapa" sejak terakhir bangun di tahun 1797 dan 1833 ternyata belum sepenuhnya terusik. Hal ini terlihat dari hasil plotting dari gempa-gempa yang sudah terjadi, dan tampaknya baru melepaskan akumulasi energi yang terkumpul di bagian pinggiran saja. Gempa yang bermula dari kakinya di ujung selatan (Bengkulu-red), sekarang ini terlihat menyebar dan mengepung bagian badan dan kepala "sang raksasa", yakni di bawah Pulau Siberut, Sipora dan Pagai.

"Berdasarkan prediksi saya kondisi Padang cukup mengkawatirkan dengan probabilitas terjadinya gempa dan tsunami 60 %. Potensi gempa akan terjadi Pulau Siberut, Sipora dan Pagai utara (didepan Kota Padang-red). Namun ibarat hujan, tidak seorang pun yang bisa memprediksinya. Bisa saja besok, sebulan lagi, bisa jadi setahun atau tiga puluh tahun lagi seeprti jarak gempa 1797 dengan 1833 lalu" tandas Danny yang saat itu didampingi koordinator Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumbar, Ir Ade Edward.

Sejak gempa berkekuatan 7,9 SR mengguncang Sumbar 13 September silam, sudah ribuan kali terjadi gempa susulan. Disebutkannya, gempa susulan itu akan terus terjadi dengan kekuatan yang terus menurun, bahkan sampai setahun setelahnya.
Lalu bagaimana sebuah gempa disebut gempa susulan? Dijelaskannya, pada saat terjadinya gempa berskala magnitudo 8,4 di Bengkulu beberapa waktu silam, diperkirakan meluluhlantakkan zona batas lempeng di bawah wilayah antara Pulau Enggano dan Pagai seluas lebih kurang 300 x 100 km2 dan menggerakkan bumi di atasnya beberapa meter.

"Nah gempa yang terjadi disekitar area 300 x 100 km2 itu adalah gempa susulan. Namun jika suatu waktu ada gempa yang lebih kuat dari itu, artinya gempa yang kecil-kecil ini adalah gempa pendahuluan. Kalau terjadi gempa yang lebih besar, kekuatannya diprediksi hanya 8,5-8,9 SR saja," imbuh bapak dengan satu anak ini.

Lantas apa yang harus dilakukan masyarakat? Danny menilai kejadian gempa yang sudah berulang kali mengguncang kota ini setidaknya telah mendidik masyarakat untuk bertindak. Masyarakat sudah bisa mengambil keputusan begitu merasakan kekuatan gempa yang lebih besar dari gempa 13 September silam. "Masyarakat Padang pantas bersyukur. Soalnya dari segi kematangan, lebih matang Mentawai. Namun kenyataannya pasca Aceh yang terjadi duluan justru Nias, karena dekat dengan Aceh," tambahnya.(*)

Read More......

Kisruh Camat Luki : Mendadak Hero

Ini mungkin yang pertama kalinya terjadi di Kota Padang. Ratusan warga "menyandera" camatnya. Mereka tidak rela sang camat dipindah dan digantikan dengan camat baru. Warga beralasan masih banyak tugas rumah yang belum diselesaikannya.

Siapakah camat yang dalam satu minggu terakhir ini menjadi pemberitaan media massa terbitan Padang? Dialah H Murlis Muhammad MHum. Camat Lubuk Kilangan ini diberhentikan secara "mendadak" oleh walikota Padang. Lewat SK Walikota Padang dengan nomor 821.21/495/SB-BKD/2007 tanggal 1 November 2007 ini, Murlis masuk dalam salah satu pejabat yang dimutasi. Camat yang mendadak menjadi hero ini beralih jabatan menjadi Kabid Pengendalian pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pemko Padang.

Pada upacara serah terima jabatan di Balaikota Padang, Senin (5/11) silam, Murlis Muhammad tidak hadir. Setelah ditelisik lebih jauh, ternyata camat yang dikenal nyentrik ini disandera warga dikantornya di Lubuk kilangan. Saat dikunjungi, warga telah menutup pintu keluar kantornya. Hampir semua dinding kantor juga ditempeli warga dengan spanduk dan pamflet yang menyatakan penolakan pergantian camat. Bahkan ada warga yang segaja mendirikan tenda, untuk mengamankan "markas". Intinya mereka tidak rela Murlis dipindahkan.

Sekdako Padang Firdaus K yang dihubungi kemudian, menyatakan maklum dengan kekecewaan warga itu. Namun disebutkannya, penagkatan pejabat adalah kewenangan Badan Pertimbangan Jabatan dan Pangkat (Baperjakat) Pemko Padang. Jauh sebelumnya, Murlis Muhammad memang sudah masuk pejabat yang akan dipindahkan. Setelah dilakukan
evalusi, ternyata baperjakat menilai Murlis lebih cocok ditempatkan di Kabid Pengendalian BKD.

Lalu bagaiaman semua ini bermula? Blunder pergantian Mulis Muhammad ini berawal dari aksi pemblokiran tambang PT Semen Padang oleh warga Luki, Senin (24/9) silam. Aksi yang kemudian berlanjut dengan saling lapor antara PTSP dengan Murlis Muhammad ini, merayap juga ke balaikota. Pada Jumat (28/9), Walikota Padang Drs H Fauzi Bahar MSi secara langsung memanggil Murlis ke balaikota. Sinyalemen yang berkembang akan adanya mutasi, akhirnya memang terbukti. Pada Senin (5/11) silam, Murlis resmi menempati posisi barunya.

Ada kisruh dan drama penyanderaan dalam prosesi pelantikan itu. Namun pada akhirnya, Murlis Muhammad "bebas" setelah mambana kepada warganya dan menjelaskan posisinya sebagai PNS. Camat yang sudah bertugas selama satu tahun tiga Bulan di Luki itu, akhirnya memang "dilepaskan" warganya.

Read More......

03 November 2007

Kematian Sebuah Kreasi

Kematian adalah sebuah creation. Kita tidak bisa menebak datangnya. Tidak dapat mengelaknya, namun kalau kita pahami polanya, kita bisa mengatasinya. (final Destination I)

Benarkah demikian? sepertinya tidak semunya salah. Memang tidak seorang pun yang bisa menolak kedatangannya, namun kita bisa pahami polanya. Tanggal 30 Oktober 2006, papaku Abdul Gani, kecelakaan dan meninggal dunia esok harinya 31 Oktober 2006. Pas satu minggu kemudian pada hari yang sama, kakaknya Ir Syamsuddin Analido, yang sudah terbaring selama 9 tahun akibat stroke, juga harus menghadap penciptanya.

Kalau papaku anak bungsu dari delapan saudara, Syamsuddin Analido adalah anak ke empat. Dalam keluarga besar kami, nama Syamsuddin Analido cukup dikenal, meski kami jarang bersua. Sejak usia belia, dia sudah merantau ke jakarta dan menamatkan SMP disana. Keaktifan dia dalam bidang politik mengantarkan namanya sebagai ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) cabang jakarta di era 1940-an. Kecerdasan dan jiwa leadershipnya menjadi parameter ketika pemerintah Indonesia mengirimkannya ke jepang melanjutkan studi S1 di bidang Teknik Metalurgi (peleburan logam). Di negara para samurai itu, Syamsuddin Analido sempat bekerja dan memiliki istri orang Jepang (Kemudian berpisah saat dia pulang ke Indonesia).

Singkat cerita, tahun 1995, stroke menyerangnya. Pria yang tadinya kuat ini, menjadi lemah. Selama bertahun-tahun dia hanya terkapar ditempat tidur. Tidak bisa menggerakan badan, tidak dapat berbicara, hanya mampu menggerakan mata dan sedikit mengerang.

Seperti kata Mak Tuo (kakak tertua papa), kepergian papa dianggapnya sebagai pelopor bagi yang lainnya. Kenapa tidak, sejak beliau dipanggil setahun yang silam, sudah 7 orang keluarga besar kami yang mengikuti beliau. Yang terakhir keponakannya, Faizal, yang tanggal meninggalnya pas dengan papa. Kalau papa berpulang 30 Oktober 2006, dia 30 Oktober 2007.

Kematian sebuah kraesi dan prosesnya memiliki pola. Ibaratnya belum kering air mata keluarga yang satu, kematian kembali mendatangi keluarga kami. Seminggu setelah Syamsuddin, secara berturut-turut dengan waktu yang acak, tetapi hanya berselang paling lama dua bulan, kembali yang lain menyusul. Penyebabnya pun macam-macam, namun umumnya oleh stroke dan kecelakaan. Dari tujuh kematian, dua orang mengalami kecelakaan, lima disebabkan stroke.

Apa yang bisa dibaca dari cerita itu. Susah memang. Aku pribadi, jangankan mengetahui, menebak pola dan maksudnya saja tidak bisa. Namun aku yakin, ada sebuah jaring penghubung yang tidak kebetulan dalam kisah itu. Ada sebuah kreasi dari yang kuasa. Dalam kematian tidak ada kebetulan. Kalau kita percaya pada takdir, semua langkah, hidup, mati, jodoh kita sudah diatur. Kita hanya bisa menjalani (walau soal ini aku masih bingung, apakah kita hidup seperti boneka kayu atau kehendak bebas seperti debu di Padang Pasir).(**)

Read More......

29 October 2007

Longsor Batu di Bukit Turki

Malam itu, Surnawati dan keluarga sedang menonton TV, ketika terdengar bunyi gemuruh dari belakang rumahnya. Dia dan anak-anaknya segera bangkit dan berlari keluar rumah. Suara gemuruh itu sudah dikenalnya. Selama 24 tahun berdiam disana, sudah tiga kali gemuruh yang sama datang.

"Longsor..., longsor...," teriaknya berkali-kali dan keras.

Tidak berapa lama setelah keluarga ini keluar rumah, bunyi braaak terdengar keras. Ternyata sebongkah batu yang tadinya bergemuruh telah menghantam dinding batako rumah keluarga ini. Dia terdiam sesaat. Belum berani masuk. Takut kalau-kalau batu yang lain kembali jatuh. "Nyawa sangat berharga," pikirnya.

Malam itu, Senin 22 Oktober 2007, sekitar pukul 19.30 WIB. Keluarga itu kalut, takut dan was-was. Longsor batu yang terjadi malam itu membuat mereka waspada. Seusai beberapa jam diguyur hujan, batu-batu bukit dibelakang rumahnya, tiba-tiba saja jatuh.

Setelah merasa aman, perempuan berusia 45 tahun ini, mulai bergerak ke dalam rumah. Batu seukuran meja telah menjebol dinding yang sebagian terbuat dari papan itu. TV-nya rusak. Ternyata setelah menghantam dinding, batu berwarna gelap ini terlontar ke atas tempat tidur dan kemudian menimpa tv berwarna 14 inci, satu-satunya miliki keluarga ini.

"Lah 24 tahun ibuk disiko, lah tigo kali nan sarupo ko tajadi. Untung se kami sekeluarga ndak baa-baa," kata Surnawati ketika saya berkunjung ke rumahnya, Rabu (24/10), di kaki

Bukit Kuburan Turki Rw 01 Kelurahan Mato Aie Kecamatan Padang Selatan.
Rumah perempuan dengan lima orang anak ini cukup sederhana. Lantainya memang terbuat dari semen, tetapi sebagian dinding rumah itu terbuat dari kayu. Atapnya pun sudah mulai menghitam dimakan usia. Di ruang depan hanya ada seperangkat kursi tamu. Dibelakangnya kursi inilah, ada dinding yang sengaja ditambal, bekas jebol dihantam longsoran batu saat gempa 13 September silam.

Saat saya memasuki rumah ini, batu besar tersebut sudah dikeping. Serpihannya dikumpulkan di sudut ruangan. Disana sebelumnya, kata Surnawati, ada dipan tempat anaknya tidur. Sesaat sebelum musibah itu terjadi, salah seorang anaknya sedang tidur-tiduran. Entah firasat apa, tiba-tiba saja sang anak bangkit dan pergi membeli mie instan ke warung.

"Kalau ndak pasti inyo lah kanai pulo," tukasnya.

Surnawati tidak sendiri, sedikit keatas rumah Surnawati, musibah longsor batu juga menimpa rumah keluarga Liana, 50 tahun. Dinding kamar anaknya, di bagian paling belakang, jebol dihantam batu. Memang tidak ada korban jiwa, karena saat itu mereka semua juga sedang menonton tv. "Untuang hari masih sanjo, anak-anak alun tidua. Kalau tajadinyo malam, antah apo yang akan tajadi," kata Liana dengan mata berkaca-kaca saat saya temui, didampingi anak keduanya, Desmita ( 29).

Kamar itu berukuran 3x4 meter. Ada lubang besar dibagian kanan dinding yang terbuat dari holowbrik tanpa plester. Batu memang tidak masuk ke dalam kamar, karena ada jarak antara dinding dengan tebing bukit. Puing-puing dinding berserakan di dalam kamar minim perabotan ini. Satu unit kipas angin kecil di sudut ruangan sepertinya rusak ditimpa puing dinding. Pecahan dinding juga menimpa kasur anaknya,--saat saya berkunjung sudah dipindahkan--.

Seperti Surnawati, keluarga Liana dengan juga keluarga miskin. Rumah yang didiaminya selama 20 tahun ini sudah tua dimakan umur. Atapnya pun buram. Di dalam rumah hanya terlihat satu unit tv hitam putih keluaran lama. Ruang tamu tanpa hiasan, hanya seperangkat kursi tamu berwarna merah. Dipintu rumah ini tertempel rumah keluarga miskin.

"Apak anak-anak karajonyo di swasta," kata Liana dengan senyum getir, kata saya tanyakan pekerjaan suaminya.

Kejadian malam itu nyaris merenggut nyawa tiga keluarga (satu lagi keluarga Jasmon-red) di Rw 01 Kelurahan Mato Aie Kecamatan Padang Selatan ini. Bukit berbatu dibelakang rumah mereka, tegak dengan kemiringan nyaris 90 derajat. Sulit mendaki ke atas, jika kita tidak terbiasa.

Bukan cuma bukitnya yang terjal. Jalan menuju lokasi itu pun juga tidak mudah. Dari pinggir jalan raya, kita harus melewati ratusan anak tangga yang tersusun dari batu-batu gunung. Sepertinya tangga batu ini sudah lama disusun. Warnanya sudah menghitam dan licin jika terguyur hujan. Susunanya pun tidak terlalu beraturan, seperti laiknya sebuah tangga.

Mendaki puluhan anak tangga yang sempit, membuat nafas kita yang tidak biasa, ngos-ngosan. Bukan cuma licin saat hujan, untuk mencapai tiga rumah itu, beberapa kali belokan tangga harus dilalui. "Awak lah biaso om, ndak payah bagai do," ucap Karim (7) anak Jasmon, salah satu korban longsor batu.

Bulan Oktober sampai Desember dikenal sebagai bulan hujan. Hampir setiap hari hujan mengguyur kota ini. Sebanyak 44 Kepala keluarga yang mendiami Rw 01 sekitaran pinggang bukit itu was-was dan takut. Untuk jangka panjang mereka berharap relokasi, namun saat ini warga inginkan tenda untuk berteduh jika hujan turun atau gempa menguncang.

"Tidak kondusif lagi disana. Mereka harus segera dipindahkan ke lokasi yang aman. Sementara waktu pemerintah harus membangun tenda untuk mereka. Kalau ada tenda, jika hujan turun mereka bisa berteduh disana," kata Wakil Ketua DPRD Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, kepada saya seusai meninjau dan berdialog dengan warga.(*)

Read More......

06 October 2007

Sesat Telusupi Umat

Pagi baru saja dimulai. Kawasan Jalan Dr Sutomo Padang yang biasanya tenang dipagi hari, mendadak buncah. Ratusan orang berkumpul di halaman sebuah ruko berlantai dua di jalan itu. Mereka laki-laki dan perempuan, membawa poster bernada protes.

Hari itu, Selasa (2/10) pagi. Sejak pukul 7.00 wib, massa sudah menyemuti halaman gedung itu. Jumlahnya pun terus bertambah. Mereka datang mengunakan sepeda motor dan mobil. Masa yang berkumpul segera menggelar orasi dan mengacungkan tangan. Puncaknya, massa yang terdiri dari ormas Islam, pemuda dan mahasiswa ini mendobrak pintu depan ruko yang terkunci rapat. Braakkk. Mereka masuk dan kemudian menyegel gedung itu.

Sebanyak 12 penghuninya kaget. Aparat keamanan yang datang, langsung mengevakuasi mereka ke Mapoltabes Kota Padang. Upaya itu dilakukan untuk menghindari, kalau-kalau saja emosi masa terpancing dan menghakimi mereka. Lantas apa sebenarnya yang terjadi di pagi hari itu. Ternyata ratusan warga dan ormas Islam ini menggerebek markas sebuah aliran yang menamakan diri Al Qiyadah Al Islamiyah. Aliran ini telah difatwa sesat dan menyesatkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan nomor fatwa 1/Kpt.F/MUI-SB/IX/2007.

Ibarat angin, kabar keberadaan aliran sesat Al Qiyadah Al Islamiyah itu langsung menyebar ke tanah air. Di belahan Indonesia lainnya, keberdaan ajaran ini juga menguak. Adalah Ahmad Moshaddeq yang menjadi pemimpin ajaran ini. Kepada pengikutnya pria ini mengaku sebagai nabi dan telah menerima wahyu setelah bertapa selama 40 hari 40 malam dan memproklamirkan diri sebagai rasul menggantikan Nabi Muhammad SAW pada 23 Juli 2006.

Lalu bagaimana ajaran ini bisa masuk ke Ranah Minang ini? Menurut bocoran dari dua calon pengikutnya, Tasmawardi dan Guspardi yang urung bergabung begitu mengetahui kesesatan ajaran itu, mengatakan ajaran ini masuk ke Padang dibawa Eri Mulyadi pada 2004. Awalnya mereka hanya menggelar pengajian biasa layaknya sebuah wirid rutin yang kerap dilakukan suatu majelis taklim di sebuah perusahaan di Kota Padang. Ajaran yang dibawa Eri Mulyadi yang merupakan kakak dari Dedi Priyadi (pemimpin Al Qiyadah di Kota Padang) ini, dalam "memperkenalkan" diri mulanya masih berpijak pada syariat Islam. Hingga beberapa bulan kemudian, barulah terungkap kejanggalan-kejanggalan ajarannya.

Salah satunya, mereka menganggap shalat tidak wajib dilakukan lima waktu. Menurut ajaran ini kondisi ini sama dengan kondisi Makkiyah (atau era sebelum nabi Muhammad hijrah ke Madinah). Sehingga shalat tidak begitu diwajibkan.

Pengajian yang belum punya nama ini, pada 23 Juli 2006 barulah mendeklarasikan diri dengan nama Al Qiyadah Al Islamiyah, yang mempunyai syahadat sendiri dan menjadikan Ahmad Mushaddeq sebagai nabi dengan penyebutan Al Masih Al Maud. Sejak itu dimulailah perioderisasi penyebaran ajaran yanag didasarkan fase-fase yang mereka ciptakan sendiri.
Fase pertama adalah fase sembunyi-sembunyi. Mereka menyebarkan ajarannya dari rumah ke rumah. Setelah pengikut mulai banyak, masuk ke fase jahran (membuka diri). Di fase ini mereka terang-terangan menyebarkan ajarannya, termasuk melalui surat elektronik (email). Lalu ada fase hijrah (pindah), kemudian fase perang untuk memerangi semua umat beragama lainnya yang bagi mereka adalah sesat. Setelah itu ada fase kemenangan dan berakhir dengan fase membentuk pemerintahan sendiri.

Untuk saat ini, bisa disimpulkan mereka masih berada pada fase membuka diri, hingga akhirnya kesesatan mereka terungkap dan menjadi pemberitaan di mana-mana. Dalam fase membuka diri, penyebaran ajaran yang mereka lakukan di Padang, dilaksanakan dengan mewajibkan para pengikutnya untuk mendapatkan satu pengikut baru tiap bulannya. Ditaksir, saat ini ada sekitar 2000-an pengikut Al Qiyadah yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Sumbar. Aliran ini telah "mengembangkan sayap" ke Pesisir Selatan, Pasaman, Pariaman meliputi Kayu Tanam dan Lubuak Aluang, Solok dan Kota Padang. Bahkan pengikut yang ada di Padang menebar jaringan pula ke Muaro Bungo, Jambi dan Palembang.

Untuk mendapatkan pengikut baru ini, tak jarang mereka memaksa orang tua atau keluarganya untuk bergabung. Maka jangan heran bila ada anak yang melawan orang tuanya karena "ogah" bergabung dengan "kebenaran" versi mereka itu. Bagi anak yang hidup mapan, orang tua yang tinggal bersamanya akan diusir. Atau bila dia masih tinggal dengan orang tua, maka pilihannya adalah kabur dari rumah.

Lantas bagaimana orang-orang bisa begitu mudah mempercayai ajaran ini? Menurut Tasmawardi, itu disebabkan kurangnya pemahaman yang bersangkutan atas Islam yang telah dianutnya. Selain itu pengaruh pergaulan dan lingkungan tempat kerja serta keinginan untuk mencari kebenaran agama juga tidak bisa dinafikan.

Alasan untuk mencari kebenaran ini setidaknya terungkap dari mulut Mardimin (43), yang menyatakan tobat dan kembali mengucapkan syahadat, Kamis (1/11) lalu. Warga Blob B Perumahan Ulu Gadut Padang ini, awalnya dikenal warga sebagai imam masjid di kompleknya. Beberapa warga yang sempat ditemui disela-sela prosesi pensyahadatan di Masjid Darul Ulum Blok B Perumahan Ulu Gadut mengatakan sebelum mengikuti ajaran tersebut, Mardimin adalah alim dalam arti yang sebenarnya. Selain menjadi imam sholat berjamaah di masjid, pria yang sehari-harinya menjadi PNS di Universitas Andalas ini juga seorang mubaliq. Kerap kali dia memberikan wejangan agama kepada masyarakat.
Namun 10 bulan yang lalu, sikap Mardimin mulai berubah. Dia yang biasanya menjadi imam, mulai tidak lagi melakukan sholat jamaah. Bahkan datang ke masjid pun sudah mulai jarang. Begitu juga dengan sholat subuh bersama. Nyaris sejak menjadi pengikut ajaran itu, Mardimin memisahkan diri dari kegiatan agama warga. Puncaknya, pertengahan ramadhan 1428 H yang lalu, Mardimin dan keluarganya mengadakan pengajian dengan sesama pengkut Al Qiyadah Al Islamiyah lainnya di kediaman mereka.

Beberapa warga di Masjid Darul Ulum menduga perkenalan Mardimin dengan ajaran sesat itu dimulai di lingkungan tempat dia bekerja. Ketika ditanyakan warga, Mardimin mengatakan dia hanya ingin mendalami agama dan mencari kebenaran. Hanya itu. "Sejak sikap dia mulai berubah, kami mulai curiga. Suatu waktu seusai sholat subuh, kami mengajak dia lari pagi. Saat itulah kami tanyakan, bahkan sempat terjadi perdebatan dengan warga waktu itu. Dia mengatakan, hanya ingin mencari kebenaran dan mendalami agama," kata Ketua RW 1 Blok B Ulu Gadut Padang, Drs Suhandal Muktar MM.

Berbagai pendekatan persuasif dilakukan warga. Walaupun meyakini ajaran yang diduga sesat, warga kata Suhandal tidak pernah mengucilkan Mardimin. Pergaulan sehari-hari dilakukan seperti biasanya, hanya saja disela-sela kehidupan sehari-hari itu, mereka tetap berusaha memberikan masukan dan mencoba menarik Mardimin kembali ke ajaran Islam yang sebenarnya.

Upaya keras ini pun kemudian membuahkan hasil. Pada Kamis, 11 November 2007 silam, Mardimin berserta Istrinya Yurniati (40), anak sulungnya Ari (15) dan satu orang pembantunya, Sarah (13), melafazkan syahadatin kembali. Disaksikan ratusan warga yang memadati masjid itu, Mardimin sekeluarga dipandu oleh ketua bidang fatwa MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar, untuk mengucapkan syahadat kembali. Disaksikan warga, Mardimin menyatakan tidak mengakui lagi seluruh ajaran Ahmad Mushaddeq ini.

"Ini satu hal yang luar biasa bagi saya dan keluarga, ini peritiwa yang sakral bagi kami. Saya sudah terlalu jauh berjalan mencari kebenaran. Dan sekarang saya kembali lagi ke jamaah dimana saya pernah bersama mereka. Saya akan berusaha menarik teman-teman saya yang lain untuk kembali ke jalan Islam," kata Mardimin didepan para jamaah.

Sejak media massa gencar memberitakan tentang ajaran ini, satu demi satu pengikut Al Qiyadah Al lslamiyah di Kota Padang meyatakan tobat dan keluar dari ajaran ini. Sebelum Mardimin sekeluarga, pengucapan syahadat kembali juga dilakukan Rinto Widjaya, Ayu, Dasril Darwin, Rustam E dan pengikut lainnya.

Ketua bidang Fatwa MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar mengatakan dengan pengucapakn kembali kalimat syahdat itu, mereka kembali menjadi muslim. Dosen IAIN Imam Bonjol Padang ini meminta setiap umat muslim menerima mereka kembali sebagaimana biasanya. "Maka itu bagi mereka yang sudah mengucapkan syahadat kembali, dan menemui keraguan-keraguan yang sulit dicari jawabannya, MUI selalu membuka diri," kata Gusrizal Gazahar.

Terlepas dari itu semua, kita sebagai umat muslim tetap harus waspada. Karena aliran sesat dan menyesatkan ini bukan hanya Al Qiyadah Al Islamiyah. Kalau boleh dikatakan ajaran sesat sekarang sedang menjadi tren. Belum selesai yang satu, sudah muncul yang lainnya. Setidaknya, ada beberapa ajaran yang sudah di fatwa MUI sesat seperti Ahmadiyah, Darul Arqom, Islam Jamaah/Darul Hadits, LDII, NII Al Zaytun, Baha'i, Lembaga Kerasulan, Mahesa Kurung, Isa Bugis, Kerajaan Tuhan, Al Qur'an Suci dan banyak lagi, termasuk Jamiyatul Islamiyah yang sempat bikin heboh Kota Padang pada Oktober 2006 silam. (****)

Kesesatan Al Qiyadah Al Islamiyah

Berdasarkan fatwa MUI No 1/Kpt.F/MUI-SB/IX/2007, terdapat sembilan ajarannya yang bertentangan dengan ajaran Islam.

1. Al Qiyadah Islamiyah mengubah syahadatain dari yang seharusnya “asyhadu alla ilha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah menjadi Asyhadu alla ilaha illallah wa asyahadu anna masihal mau’udar Rasulullah”,

2. Aliran ini mengingkari kewajiban lima waktu, bagi mereka shalat yang wajib hanya qiyamulail saja (sholat malam),

3. Menyakini adanya rasul setelah Rasulullah Muhammad SAW yaitu al-masih al-mau’ud (al masih yang dijanjikan), yang mengiklankan diri pada tanggal 23 Juli 2006 di Gunung Bunder Bogor.

4. Al-Qiyadah al-Islamiyah memandang umat lain yang tidak masuk anggotanya sebagai orang musyrik dan najis,

5. Aliran ini mengingkari Sunah Rasul atau hadist Nabi Muhammad secara menyeluruh.

6. Menyakini bahwa peran kerasulan Muhammad SAW sudah berakhir dengan kematiannya, dan digantikan dengan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Rasul al Masih al Mau-ud.

7. Mereka juga melakukan penafsiran Alquran menurut hawa nafsu tidak mengikuti kaidah-kaidah bahasa Arab dan kaidah ilmu tafsir seperti surat Al –A’raf ayat 185 digunakan sebagai alasan menolak hadist atau sunnah nabi.

8. Aliran ini dalam ajarannya telah mencampur adukan antara Islam dan Injil.

9. Aliran ini menyebarkan gerakkan yang berpotensi memecah belah umat karena dalam ajarannya mereka terdapat lima fase gerakan perjuangannya salah satunya ada fase qital (memerangi orang yang tidak masuk dalam kelompok mereka).

Read More......

29 September 2007

Data Gempa yang Terus Bergetar

Bumi tiba-tiba berguncang. Bangunan dan pepohonan terhuyun-huyun. Warga yang sedang menikmati pagi hari itu, sontak panik. Mereka tiba-tiba berhamburan keluar ruangan. Pengendara yang sedang melaju, segera meminggirkan kendaraannya. Teriak takbir "Allah Huakbar...Allah Huakbar, terdengar mendesis dari mulut setiap orang. Sumbar sedang diguncang gempa. Saat itu, Kamis (13/9), umat muslim sedang berada dalam suasana ramadhan hari pertama. Ujian datang tanpa mengenal waktu.

Jalanan yang tadinya sepi, mendadak dipenuhi kendaraan. Dengan berkain sarung dan muka yang tidak sempat di cuci, warga berlarian meninggalkan rumahnya masing-masing. Beberapa orang tampak terguncang. Wajar, karena beberapa jam sebelumnya, mereka "terpaksa" harus bangun lebih pagi untuk sahur pertama.

Gempa dengan kekuatan diatas 7 SR ini, menyebabkan kerusakan di berbagai bangunan diberbagai kabupaten di Sumbar. Menurut catatan Satkorlak Sumbra, Peisisir Selatan dan Mentawai menjadi kabupaten terparah terkena bencana ini. Duka kembali menghampiri Ranah Minang ini.

Gempa telah usai? lantas sekarang apa? Beberapa hari pasca gempa kamis pagi itu, Satkorlak Sumbar mulai merilis data. Gempa dengan kekuatan 7,9 SR itu menyebakan 13.966 rumah rusak di Pessel, 4.789 di Kepulauan Mentawai, 2.334 di Padang Pariaman dan 3.318 di kota Padang atau total kerusakannya 24,825 rumah di seluruh Sumbar. Jika dikonversikan dengan uang, bencana kali ini mengakibatkan kerugian mencapai Rp 1,452 triliun.

Bicara soal data, kita bicara soal bantuan. Karena kevalidan data menjadi acuan besarnya bantuan yang akan dikucurkan. Dalam kunjungannya ke Pessel, kemarin, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, memberi perhatian lebih soal data. Menurutnya, kucuran bantuan yang akan diberikan tergantung dengan kebutuhan daerah masing-masing. Secara tidak langsung, SBY mengintruksikan pemerintah daerah untuk melansir data yang valid.

Mungkin belum lepas dari ingatan kita, bagaimana gempa hebat juga melanda propinsi ini, 6 Maret 2007 silam. Kondisi yang sama kembali terulang. Warga mengungsi, rumah-rumah hancur dan kepanikan di mana-mana.

Namun ada yang membuat kita miris. Ternyata masih ada korban gempa 6 Maret itu yang masih tidur ditenda. Mereka mengaku masih belum mendapatkan bantuan seperti yang dijanjikan. Bahkan informasi di lapangan ada bantuan yang salah sasaran. Warga yang semestinya tidak berhak mendapatkan, namun menerima juga.

Apakah ini akan terulang pada bencana kali ini? Jawabannya bisa ya, jika pola penanganan bencana tidak komprehensif. Dalam artian, bantuan yang diberikan tidak berdasarkan kondisi dilapangan. Untuki jangka panjang, tim verifikasi independen yang terdiri dari kalangan akedemisi dan praktisi mesti dilibatkan dalam melakukan verifikasi data. Tujuannya hanya satu, dengan tim yang sama maka data yang akan didapatkan juga akan sama. Akan ada standar penilaian yang sama, apakah sebuah bangunan masuk kategori rusak parah, rusak sedang atau ringan. Besar harapannya, bantuan yang akan diberikan akan tepat sasaran dan sesuai dengan kondisi kerusakan yang ada.(*)

Read More......

29 August 2007

Lewat Job Fair, Gaet Masa Depan

"awak caliak-caliak se dulu da. Kalau cocok, baru wak masukan lamaran. Tapi dari tadi, lun adoh yang cocok lai. Ndak adoh yang sasuai dengan jurusan awak do,".Kalimat itu terlontar dari mulut Rika (22), salah seorang pengunjung Job Far V di halaman kantor Gubernur Sumbar, Rabu (29/8).

Rika adalah satu dari ribuan pencari kerja (pencaker) yang sejak pagi telah memadati sayap kanan lapangan kantor gubernur Sumbar. Alumnus jurusan kimia Universitas Andalas tahun 2007 ini tidak sendiri. Dia bersama pencaker lainnya memperebutkan 3000-an lowongan kerja yang disediakan 30 perusahaan peserta Job Fair.

Sedikit kekecewaan tergurat jelas diwajahnya. Dia bersungut-sungut, karena perusahaan yang diincarnya tidak ikut dalam Job Fair tersebut. Sebagai alumnus Kimia, Rika mengimpikan bekerja di PT Semen Padang (PTSP). Soalnya, pabrik semen tertua di Indonesia ini, selain perusahaan terbesar di Sumbar juga menyediakan bidang kerja yang sesuai dengan background pendidikannya.

"Lah wak caliak lowongan-lowongan disiko, tapi ndak adoh yang untuk anak kimia. Kalau ndak adoh juo, ndak jadi wak masukan lamaran. Wak tunggu se tes PNS Oktober," kata Rika yang mengampit map plastik berisi amplop berwarna kuning. Sepertinya dalam amplop itu terhimpun semua berkas yang dibutuhkan untuk melamar pekerjaan seperti ijazah, pas photo, kartu pencaker dan bahan lainnya.

Harapan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikan di arena Job fair ini, juga diimpikan Adi (24). Lulusan pertanian Unand ini, celingak-celinguk memperhatikan semua persyaratan yang diminta perusahaan. Namun lagi-lagi, pria asal Bukitinggi ini agak kecewa. Dia tidak menemukan lowongan pekerjaan yang diingininya.

"Lebih banyak lowongan jadi TKI ke luar negeri. Kenapa perusahan perkebunan sawit yang ada di Sumbar tidak ikut serta dalam ajang ini," kata pria yang menamatkan SMA di salah satu sekolah negeri di Jakarta ini.

Kendati tidak ada lowongan yang sesuai dengan jurusannya, Adi mengatakan dirinya akan tetap mengajukan lamaran sebagai tenaga administrasi. Ini semata-mata dilakukannya, asalkan ada pekerjaan. Sejak menamatkan studi dari Unand satu tahun lalu, dia sudah jenuh menjadu pengangguran.

Berbeda dengan keduanya yang tetap mengingikan pekerjaan sesuai jurusan awal, Esi Rahmayanti (23) yang juga lulusan pertanian Unand, justru pasrah dengan susahnya lapangan kerja saat ini. Kepada koran ini, wanita berjilbab ini siap bekerja dimana saja. Dia sadar, dengan memilih-milih pekerjaan, dia harus siap menjadi pengangguran dalam waktu lama.

"Yang diatas sudah mengatur hidup kita, bagaiman nasib saya nantinya. Saya hanya tinggal jalani saja," tukas Esa.

Namun dari sekian ribu pengunjung Job fair, tidak semuanya yang langsung membawa berkas lamaran. Irham misalnya, lulusan sejarah Unand ini datang tanpa membawa apa-apa. Kedatangnnya ke arena Job fair hanya sekedar melihat-lihat saja. Jika ada lowongan yang cocok, baru hari selanjutnya dia membawa berkas lamaran.

Jumlah pengangguran di Sumbar terus saja meningkat. Menurut Gubernur Sumbar, Ganawan Fauzi, setiap tahun sedikitnya 16 ribu sarjana baru dihasilkan perguruan tinggi. Mereka harus bersaing dengan 264 ribu pengangguran lainnya, memperebutkan lowongan pekerjaan yang tidak seberapa.

Menurut data dari Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Sumbar, dari 1,981 juta orang angkatan kerja di Sumbar, sampai Juni 2007 pencaker yang tercatat mencari pekerjaan sebanyak 118,879 ribu. Ratusan ribu pencaker tersebut didominasi lulusan SMA (60,2) dan lulusan S1 (21 %).

Kenyataan itu tergambar jelas dengan membludaknya pengunjung Job Fair V dihari pertama ini. Mereka rela antri sambil berpanas ria, menenteng map dan saling berdesakan, demi pekerjaan yang sering kali tidak sesuai dengan keinginan mereka.(**)

Read More......

28 August 2007

Gaya Mediterania di Komplek Taman Bunga Residence

Menenemukan rumah idaman yang mewah dengan beragam fasilitas tidaklah sulit. Banyak pengembang menawarkan hal seperti itu. Tetapi apakah kemewahan saja sudah cukup. Bagaimana dengan kemanannya.

Disaat maraknya kasus kejahatan di komplek perumahan, faktor keamanan justru menjadi yang utama. Setiap konsumen harus benar-benar menelisik bagaimana sistem security dikomplek itu. Sebelum membeli, harus diperhatikan benar apakah komplek itu memiliki tenaga pengaman (satpam), berapa jalur masuk dan keluar komplek. Semakin banyak jalan masuk atau keluar, biasanya makin rawan kejahatan, karena makin tidak terpantau siapa-siapa saja "tamu" yang berkunjung.

Intinya, selain fasilitas atau akses, kemanan juga mesti menjadi pertimbangan utama sebelum anda membeli rumah. Apa jadinya, saat penghuni kembali dari berpergian keluar kota misalnya, menemukan rumah dan isinya diacak-acak orang tak dikenal. Syukur-syukur tidak ada barang berharga yang hilang. Stres dan menyesal, sudah pasti.

Memberikan kemanan dan kenyaman penghuni, itulah prioritas utama yang diusung PT Bunga Mas Mandiri, dalam membangun Komplek Perumahan Taman Bunga Residence di JaLan Adinegoro Tabing. Dalam menjamin kemanan penghuni komplek, pengembang sengaja menyatukan gerbang masuk dan keluar dalam satu pintu namun dua jalur.

Selain gerbang satu pintu dua jalur ini, komplek Taman Bunga Residence juga dilengkapi tenaga kemanan (security) yang menjamin kemanan penghuni 24 jam nonstop/Sistem Security Terpadu. Untuk makin membuat penghuni aman, PT Bunga Mas Mandiri sebagai pengembang juga melingkupi komplek perumahan ini dengan pagar.

Taman Bunga Residence bukan saja unggul dari segi keamanannya, namun juga didukung berbagai sarana dan fasilitas. Yang tak kalah penting, begitu terima kunci pemilik sudah bisa langsung menempatinya. Karena telah dialiri air dari PDAM dan listrik.

Lokasinya yang tepat berada ditepi JaLan Adinegoro Tabing Padang ini, sangat dekat dengan sarana pendidikan dan mudah diakses darimana saja. Dengan dukungan sarana tranportasi 24 jam penuh, kosumen tidak akan rugi memiliki hunian di Taman Bunga Residence. Pasalnya, dengan perkembangan Kota Padang yang makin pesat, rumah di Taman Bunga Residence bisa menjadi investasi jangka panjang yang menjanjikan.

Bergaya Mediterania

Komplek perumahan yang mulai dibangun sejak tahun 2005 ini terdiri atas 160 kapling dengan tipe rumah yang beragam. Mulai tipe 36-120, sampai tipe bebas. Masing-masing tipe memiliki spesifikasi minimalis dengan nuasa yang berbeda. Untuk tipe 36 atau century berkonsep Rumah Ideal Eksklusif. Sedangkan tipe 54,70 dan 100 mengadopsi nuasa rumah-rumah bergaya Mediterania.

"Kita memang sengaja membangun lebih banyak rumah bergaya Mediterania, karena model-model seperti itu sedang digandrungi saat ini. Ya, tentu saja dengan harga yang terjangkau," kata Direktur Utama PT Bunga Mas Mandiri, Roni Setiawan yang ditemui koran ini di ruangannya, Sabtu (26/8).

Langgam arsitektur Mediterania, pernah digandrungi konsumen pada tahun 1980. Konsep minimalis ini kembali "dilirik" dan dikombinasikan dengan interior modern. Ciri khas gaya mediterania seperti bentuk melengkung, tekstur dinding yang kasar sampai besi tempa sebagai ornamen dekoratif diaplikasikan dalam desain sebuah hunian. Penghuninya serasa berada dalam vila di tepi pantai Laut Karibia.

Mengacu pada prinsip desain gaya mediterania, tiga tipe rumah di Komplek Taman Bunga ini, memiliki atap berbentuk pelana dengan kemiringan rendah (flat roof) dan teritis yang pendek. Desain rumah ini lebih menonjolkan sosok blok massa hunian yang dirancang berbentuk huruf U dan ditutup oleh satu atap utama. Bagian tertentu dari bangunan seperti area pintu masuk utama dan paviliun untuk tamu, ditutup oleh susunan portico sedangkan setiap jendela dinaungi oleh kanopi sehingga hunian tampil lebih dinamis. Penerapan prinsip mediterania pada desain rumah ini juga terlihat pada deretan kolom dan balok berbentuk melengkung (arches).

"Selain tipe diatas, kita juga menawarkan tipe bebas. Pada tipe ini pembeli diberikan kebebasan memilih model dan denah rumah sesuai dengan keinginannya. Gambar dan arsitekturnya disediakan oleh developer dan harga jualnya disepakati bersama," tukas lulusan Fakultas Ekonomi salah satu PTS di Kota Padang ini.

Disebutkan Roni, setiap perumahan di Komplek Taman Bunga Residence memiliki spesifikasi teknik, seperti pondasi dengan pasangan batu kali plat beton bertulang (untuk lantai dua), kemudian lantai, Wc/kamar mandi dan plat dapur dari keramik, atap menggunakan genteng metal/beton. Selanjunya, dinding terbuat dari batu bata yang diplester dan aci, kunsen dari kayu meranti/timbalun/borneo, Plafond dari triplek. Sementara itu, saluran drainase dibuat dengan cor beton diplester, demikian juga halnya jalan komplek.(**)

Read More......

15 July 2007

Beringin Tua Tabaka

Tanpa hujan tanpa angin, tiba-tiba saja beringin besar didepan Ajen Pantai Padang, Minggu (15/7) sekitar pukul 12.00 wib, terbakar. Api menjilati beringin tua tersebut sehingga yang tersisa hanya puing-puingnya. Bahkan, beringin yang awalnya berdiri kokoh itu, ambruk ke tanah.

Kejadian langka itu terjadi tepat pada pukul 12.00 Wib. Ratusan warga yang memadati Pantai Padang terkejut melihat peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya itu. Tak pelak lagi pohon beringin yang selama ini dikenal angker itu, langsung menarik perhatian warga. Bahkan ratusan sempat menghentika aktifitasnya. Mereka berkumpul menyaksikan detik demi detik proses kebakaran itu dan baru menjauh ketika api sudah mulai membesar. Bisik-bisik adanya kekuatan gaib, seketika merebak diantara pengunjung Pantai Padang.

Pengamatan dilokasi kejadian, api pertama kali terlihat menjilati bagaian bawah batang beringin yang sudah lapuk. Tanpa terkendali, api langsung membesar dan menjalar sampai pada bagian atas pokok beringin itu. Bahkan bagian atas pohon yang masih hidup, juga tidak luput dari amukan si jago merah.

Selama 40 menit, api dengan leluasa menghanguskan semua bagian pohon. Api baru bisa dijinakan 30 menit kemudian setelah 3 unit mobil pemadam kebakaran dari Dinas Kesejahteraan Sosial, Penanggulangan Banjir dan Bencana (DKS-PBB), diturunkan.

Beberapa warga dan pedagang Pantai padang mengaku tidak melihat asal api. Mereka baru mengetahui ketika aapi nsudah mulai membesar. "Ambo taunya pas api lah gadang se. Urang-urang lah balarian mancaliek, ambo ikuik lo lari,"kata Masril (43) warga Lubuk Begalung yang sedang liburan di panati Padang.

Hal yang sama juga dikatakan salah seorang pedagang Pantai Padang, Ir (40). Wanita paruh baya ini juga menyebutkan dirinya baru mengetahui saat api membesar. Padahal lokasi beringin tua itu, tepat berada didepan warungnya. "Iyo indak nampak dek ambo do, lah gadang se,"kata Ir

Namun dari keterangan beberapa warga yang berada disekitaran tempat kejadian, mengungkapkan api diduga berasal dari puntung rokok yang dibuang warga. Kota Padang yang dalam beberapa hari terakhir ini tidak diguyur hujan, memberi andil cepatnya api menjalar. Api bahkan sempat menjilati tiga pohon beringin yang berada disekitarnya.

Hantu
Fenomena aneh menyertai terbakarnya pohon beringin berusia ratusan tahun didepan Ajen Pantai Padang Jalan Samudera, Minggu (15/7). Sedikitnya 5 kali asap putih berputar laiknya angin puting beliung keluar dari pohon tua tersebut. Angin berputar beberapa meter sebelum akhirnya menghilang.

Dari pengamatan koran ini di lokasi kejadian, asap putih yang membentuk pusaran angin itu mulai keluar 5 menit setelah api mulai membakar. Pusaran angin bergerak beberapa meter kearah tiga pohon beringin lainnya yang berada disekitar, dan akhirnya menghilang ke udara. Fenomena itu bukan hanya terjadi satu kali. Selang beberapa menit kemudian, kembali pusaran angin yang sama terjadi, bahkan bergerak hingga kearah dalam perkarangan kantor TNI yang berada tepat di depan Beringin ratusan tahun itu. Teramati sedikitnya 5 kali fenomena yang sama terjadi. dan baru terhenti ketika tim pemadam kebakaran mulai menyemprotkan air.

Beberapa warga yang menyaksikannya, langsung teringat akan keangkeran pohon yang ditanam sejak zaman Belanda itu. Apalagi sejak lama, tidak ada warga yang berani menebang pohon tersebut. "Sajak ambo iduik, baru sakali ko tajadi. Batang beringin ko angker sahingga indak adaoh yang barani manabang,"kata salah seorang warga Elal (43).

Disebutkan warga Asrama TNI jalan Samudera ini, sepengetahuannya sejak puluhan tahun silam, beringin itu telah berdiri kokoh. Keangkeran dan cerita mistik dibaliknya, telah menjadi rahasia umum dikalangan pedagang yang serting berjulan di sekitaran Pantai Padang. Setiap malam kala melewati pohon beringin tua itu, ibu rumah tangga selalu membunyikan klakson motornya untuk minta izin lewat.

"Dulu pernah tim Silet datang kasiko, urang ko mangatoan kalau di batang tu banyak yang tingga. Ada ula sakti, anak gadih barambuik panjang dan panunggu lainnya," kata Elal.

Hal senada juga disampaikan Ir (40). Pedagang makanan dipanati Padang ini menyebutkan, kendati tidak pernah melihat langsung fenomena aneh di pohon beringin besar itu, tapi dari cerita mulut kemulut, keangkeran pohon beringin yang ditanam sejak jaman Belanda itu, sudah diketahui. (**)

Read More......