Selamat Datang

Anda memasuki kawasan bebas berfikir dan berpendapat

29 May 2007

Keceriaan Terancam Batu Besar

Tidak ada yang berbeda dengan sekolah dasar (SD) ini. Semuanya sama, baik proses belajar mengajarnya atau kurikulum yang dipakai. Hanya saja, disaat siswa sekolah lain belajar dengan tenang, mereka sebanyak 242 siswa SDN 26 Pampangan justru harus beraktifitas dan bergaul dengan rasa cemas setiap harinya. Sebuah batu besar bertengger di punggung bukit di belakang sekolah mereka, menunggu jatuh.

Waktu itu Rabu (29/5), sekitar pukul 13.00 wib. Ratusan siswa yang biasanya bermain dan belajar di SDN 26 Pampangan Kecamatan Lubuk Begalung Padang, sudah tidak ada lagi. Jam segitu memang waktunya mereka pulang. Usai sudah semua mata pelajaran di hari itu.

Mencapai sekolah yang berada di RT IV/08 kelurahan Pampangan ini, kita melewati jalan tanah runtuh sepanjang 425 meter. Saat itu, puluhan warga sedang melakukan aksi manunggal di jalan yang dulu dikenal warga dengan sebutan jalan Nippon Tensu. Beberapa siswa dan gurunya berjalan kaki menuju pertigaan tanah runtuh, naik angkot dan pulang ke rumah masing-masing.

Informasi yang disampaikan kepala sekolah SDN 26 Padang, Eriani SPd, menyebutkan sejak pertama kali di bangun didasar bukit itu, batu sebesar dangau tersebut telah bertengger kokoh. Hanya saja, sejak gempa Selasa, 6 Maret lalu, batu yang awalnya satu kesatuan utuh, terbelah menjadi dua. Kendati sama-sama masih bertenger, dikwatirkan salah satu atau kedua bagiannya akan jatuh. Dan menghantam bangunan sekolah itu.

"Setiap hari siswa diliputi kecemasan. Apalagi kalau hujan mengguyur deras. Kalau demikian, siswa dan para guru terpaksa harus kami pulangkan lebih cepat. Terlalu berbahaya," ujar Eriani yang diamini majelis guru lainnya, Yuni Asmi.

Jarak dinding sekolah dengan batu yang bertengger setinggi 10-an meter itu, hanya sekitar satu meter saja. Akibatnya, jika jatuh, batu itu akan menggelinding kebawah setelah sebelumnya membobol dinding ruangan kelas. Bisa dibayangkan jika itu terjadi saat siswa sedang melangsungkan aktifitas bekajar-mengajar. Menurut Eriani, pihaknya telah pernah mengajukan proposal untuk memecahkan batu itu ke dinas pendidikan. Namun belum terealisaikan. Pihaknya berharap batu sebesar dangau itu, bisa segera dipecah dan dijatuhkan dari bukit.

Lurah Pampangan, Zuriwan BE, juga menyatakan hal yang sama. Sejak lama siswa dan guru sekolah SDN 26 pampangan mendambakan ketenangan, jauh dari bayang-bayang ancaman batu yang setiap hari bisa saja jatuh. Demikian juga, ketua LPM Pampangan Sanjaya, berharap pemerintah Kota Padang bisa mengambil alih upaya pemecahan batu itu. Sanjaya yang didampingi Ketua Komite SDN 26 pampangan Syafruddin, berpendapat "tagaingnya" batu itu pasca gempa, ibarat bom waktu yang setiap saat bisa mengancam.

"kita tentu saja tidak ingin ada korban jiwa dikalangan siswa maupun guru-gurunya. Saya yakin dinding sekolah itu tidak akan sanggup menahan gelindingannya, jika sekiranya jatuh," ujar Sanjaya mengarahkan telunjuknya ke dinding ruangan yang paling dekat dengan batu itu.

Wakil ketua DPRD Kota Padang, Z Panji Alam yang hadir dalam rangka meninjau kegiatan manunggal di kelurahan itu, langsung meminta ketua komisi C/pembangunan DPRD Kota Padang, Afrizal yang juga hadir, untuk menindaklanjutinya. Dan membicarkan hal tersebut dengan dinas Kimpraswil kota Padang. Afrizal menyatakan komisi C akan berkoordinasi dengan Komisi D, dan memperjuangkan dana pemecahan batu besar ini. Pertengahan Juni, lanjut Afrizal, pihaknya akan mencoba mengadakan rapat kerja dengan Dinas Kimpraswil Kota Padang dan peninjuan lapangan meninjau SD No 26 ini.

"Dengan demikian, pihak Dinas Kimpraswil akan mengetahui kondisi riil SD ini," ucap Afrizal.(*)

No comments: