Selamat Datang

Anda memasuki kawasan bebas berfikir dan berpendapat

12 January 2007

Tak Putus di Rundung Macet

href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKpU9OV1_habTqcy5XKt4VxwNXWV-eFZGqPCQDWLC64UWyOziE-Liim2ZxhdcePwmY2UYPkjQG1vGd5YZ44zxTfPvLsbZdiFtsEaq0NiGukFdWXrXYv5WFDO8NaaszP5GJdkwe9g/s1600-h/macet+pasar+raya.gif">Suhu udara di Kota Padang lagi panas-panas. Jam waktu itu menujukan pukul 12.00 Wib. Matahari memang sedang di ubun-ubun. Hari itu, Jumat (27/4), beberapa menit lagi azan Jumat akan segera berkumandang. Di beberapa ruas jalan utama jantung ekonomi Kota Padang sedang macet-macetnya.

Di Jalan Pasar Baru depan Pasar Raya Padang, kendaraan merangkak perlahan. Di jalan yang panjangnya tidak mencapai 1 km itu, angkutan kota (angkot) dan kendaraan umum mesti menempuhnya dalam 20 menit. Dibelakang salah satu angkot jurusan Pasar Raya-Jati, rentetan klakson mobil saling sahut-bersahutan. Beberapa sepeda motor saling salib menyalib, agaknya sedang mengejar sesuatu. Kota Padang, sedang bergegas.

"Kondisi seperti ini hampir terjadi tiap hari. Apalagi pada jam-jam segini, jam disaat anak sekolah pulang. Para pekerja kantoran istirahat, ibu-ibu yang belanja kembali ke rumahnya," ungkap Riki, sopir angkut jurusan Pasar Raya-Jati.

Saya ini sengaja naik angkot, pada jam-jam sibuk tersebut, untuk merasakan secara langsung bagaimana sistem tranportasi di Kota Padang. Sambil terus merangkak, warga Pampangan ini menyatakan kemacetan parah di ruas Jalan Pasar Baru itu, sudah menjadi makanan sehari-harinya sebagai supir angkot. Sejak terminal angkot di Goan Hoat disulap menjadi areal pertokoan modern, macet sudah pasti terjadi di kawasan itu.

"Tidak adanya terminal mengakibatkan kami harus ngetem disini dahulu, kalau tidak, tidak akan dapat penumpang. Mungkin demikian juga yang dilakukan teman-teman saya. Saya pernah menghabiskan waktu 30 menit untuk sampai ke ujung (jalan permindo)," jelas Riki. Sementara di belakangnya antrian panjang makin terlihat.

Ngetem di pasar raya, saat kemacetan menjadi, bukan sesuatu yang mengenakan bagi pria 24 tahun ini. Kemacetan membuat dia harus menghabiskan banyak bensin dan membuat bete penumpang.

Kemacetan bukan saja terjadi di Jalan Pasar Baru. Di sepanjang Jalan M Yamin sampai ke depan mesjid Taqwa dan air mancur kondisi yang sama juga terlihat. Ratusan kendaraan berjejer. Di depan air mancur, klakson mobil saling sahutan berbarengan dengan terikan para agen yang mencari penumpang. Alunan ayat-ayat suci Alquran mulai terdengar dari pengeras suara salah satu mesjid bersar di Sumbar, yakni masjid Taqwa yang hanya berjarak 15 meter dari area macet.

"Bukan rahasia umum lagi, sejak tidak adanya terminal, kemacetan makin menjadi-jadi di kawasan ini. Dulu memang agak macet, namun cuma sebentar. Angkot langsung cabut setelah mangkal di terminal, sekarang mereka harus ngetem disini dulu," ungkap Armen, salah seorang penjual minumam dingin di sekitar.

Armen mengatakan, sembrawutnya lalu lintas terjadi setiap hari. "Jadwalnya, kalau pagi terjadi sekitar pukul 7. Kalau siang pukul 12-13.30 dan kalau sore sekitar pukul 4 sore. Seusai Sholat Ashar biasanya sudah macet," lanjut warga Lubuk Buaya ini.

Keterkejutan pemuda 28 tahun ini tidak bisa disembunyikannya, ketika saya menyatakan kota Padang baru saja mendapatkan plakat Wahana Tata Nugraha bidang lalu lintas. Penghargaan tersebut merupakan supremasi ketertiban lalu lintas di Kota Padang. "Kok bisa" ungkap Armen. Dia tidak habis pikir, apa yang menjadi kriteria penilaian. Pasalnya selama dia berjualan di depan Masjid Taqwa tidak satu kalipun dia melihat ketertiban lalu lintas.

Pernyataan yang sama diungkapkan Barli (50). Penjual Martabak Padang ini, menyatakan apa kriteria tertib lalu lintas. Setiap hari pria beralamat di Belakang Tangsi ini menyaksikan kesembrawutan. Angkot berhenti seenaknya, ojek dan motor yang saling salib. Klakson mobil yang memekakkan telinga.

Warga lainnya yang ditemui, Andi (29) juga menyatakan hal yang tidak berbeda. Dikatakan Andi, sembrawutnya lalu lintas di Kota padang, tidak hanya didominasi angkot yang ngetem. Namun juga banyaknya kendaraan yang parkir di sembarangan tempat. Dia mencontohkan, diareal Pasar Pagi. Bisa dipastikan, hampir setiap hari terutama Jumat, banyak warga yang parkir sembarangan di mesjid sekitar.

"Mungkin tim penilai Tata Nugraha, hanya melihat kawasan Khatib yang tertib saja. Namun tidak memperhatikan kawasan Pasar Raya, Air Mancur dan Pasar Pagi," ungkapnya mengomentari plakat WTN yang baru saja diterima Kota Padang.(*)

No comments: